Bagikan:

JAKARTA - Sudah banyak pembuat konten atau pengguna yang mulai menggunakan bot pembayaran pihak ketiga untuk menjual akses ke setiap postingan di saluran Telegram mereka.

"Dengan cara ini, pembuat konten dapat menerima hampir 100 persen dari apa pun yang dibayar pelanggan mereka, yang sangat bagus," kata CEO Telegram, Pavel Durov dalam sebuah tulisan di saluran Telegramnya, yang dikutip Senin, 31 Oktober.

Namun, pengusaha muda itu mengatakan bahwa ia terpaksa menutup layanan tersebut karena mendapatkan kabar dari Apple yang mengungkapkan mereka tidak senang dengan adanya hal tersebut.

"Sayangnya, kami menerima kabar dari Apple bahwa mereka tidak senang dengan pembuat konten yang memonetisasi upaya mereka tanpa membayar pajak 30 persen ke Apple," ujarnya.

Apple memang memiliki kebijakan di mana perusahaan memiliki kontrol penuh atas ekosistemnya. Raksasa teknologi akan memotong komisi sebesar 30 persen atas penjualan barang atau layanan digital.

Biaya App Store perusahaan juga telah menjadi sasaran kritik dari banyak sudut, termasuk penerbit berita, Spotify dan, dan juga platform streaming gim yang paling terkenal, Epic Games.

Dengan adanya kabar tersebut, Durov mengecam Apple. Ia mengklaim bahwa itu adalah monopoli yang menyalahgunakan pasarnya dengan mengorbankan jutaan pengguna yang sedang mencoba memonetisasi konten mereka sendiri.

Durov menyatakan harapannya agar para regulator di berbagai yurisdiksi dapat mengambil tindakan lebih cepat mengenai masalah yang banyak dikeluhkan tersebut.

"Saya berharap regulator di UE, India, dan di tempat lain mulai mengambil tindakan sebelum Apple menghancurkan lebih banyak mimpi dan menghancurkan lebih banyak pengusaha dengan pajak yang lebih tinggi daripada PPN yang dipungut pemerintah," pungkasnya.

CEO Telegram menambahkan bahwa timnya sedang mencari cara untuk memberi para pembuat opsi yang mudah digunakan untuk menghasilkan uang dari konten mereka. Dia bertujuan untuk membantu mereka melakukannya "di luar ekosistem Apple yang terbatas."