Survei Sebut Kejenuhan Jaringan Bisa Buat Bisnis Melambat
Ilustrasi jaringan internet (foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - NTT Ltd., perusahaan infrastruktur dan layanan TI global terdepan mengungkapkan bahwa 70% CEO percaya bahwa jaringan yang jenuh bisa berdampak negatif terhadap performa bisnis, dalam sebuah laporan berjudul "Global Network Report 2022".

Dari banyak perusahaan yang mengadopsi lingkungan kerja hibrid terdistribusi dan terkoneksi ke sejumlah perangkat, hanya dua dari lima bisnis yang mengaku sangat puas dengan kemampuan jaringan mereka saat ini. 

Menjaga Lingkungan Hibrid Tetap Aman

Model kerja hibrid yang membuat lebih rentan terhadap serangan, maka keamanan jaringan menjadi komponen utama yang penting dalam arsitektur jaringan. 

Kondisi ini mendorong perusahaan untuk beralih ke solusi keamanan berbasis cloud yang lebih terpusat dan model manajemen endpoint security, serta meningkatkan investasi mereka dalam keamanan siber jaringan. 

Sebagian besar atau 93% pemimpin bisnis percaya bahwa ancaman baru akan mendorong peningkatan permintaan keamanan untuk jaringan perusahaan mereka, yang membutuhkan tingkat kontrol akses dan inspeksi yang lebih dalam. 

Transformasi ke Model Network as a Service (Naas)

Laporan ini juga menyebutkan bahwa kekhawatiran tertinggi responden adalah keamanan, modernisasi, dan akses ke paket layanan lengkap dari penyedia mereka. 

Dalam hal mengelola jaringan, lebih dari 90% eksekutif senior lebih memilih model network as a service, karena unggul dalam fleksibilitas untuk meningkatkan dan menurunkan skala. 

"Tingkat investasi pada jaringan telah melonjak, dengan hasil penelitian ini menunjukkan banyak perusahaan cenderung membutuhkan mitra utama dan solusi layanan terkelola untuk memenuhi kebutuhan mereka," kata Amit Dhingra, Wakil Presiden Eksekutif di NTT Ltd. Network Services dalam pernyataan yang diterima VOI

Terutama, Dhingra menambahkan, mintra yang dapat mendorong keamanan dan mendapatkan akses ke keahlian yang dapat mengoptimalkan kemampuan dan mengakselerasi kemajuan berbasis inovasi.

Dari hasil survey tersebut Dhingra menyimpulkan, "Perusahaan harus mengalihkan perhatian mereka ke model network as a service. Bisnis harus mempertimbangkan keamanan, kompetensi keahlian, kemampuan untuk menskalakan, private 5G, dan software-defined networking saat memilih penyedia layanan jaringan. 

Selanjutnya, dalam jangka panjang, blockchain, AI, dan otomatisasi lebih lanjut, AR dan VR, jaringan kuantum, 6G, serta komputasi fotonik akan memengaruhi cara jaringan dikirimkan.

Chris Barnard, Wakil Presiden International Data Corporation (IDC) menyatakan, “Jaringan memainkan peran fundamental dalam strategi transformasi digital serta distribusi pekerjaan dan pemrosesan. 

Oleh karena itu, tambahnya, kita akan melihat lebih banyak jaringan perusahaan yang memutakhirkan teknologinya, seperti AI dan pertahanan keamanan yang melindungi jaringan utama perusahaan.

Kesimpulan dari laporan ini adalah tujuh pertimbangan bagi para eksekutif agar berkembang dan membuktikan jaringan mereka akan berhasil di masa depan.