Bagikan:

JAKARTA - China kembali bersama teknologi mutakhirnya dengan meluncurkan Advanced Space-based Solar Observatory (ASO-S). Pesawat luar angkasa ini akan mengamati Matahari selama 24 jam penuh.

ASO-S lepas landas di atas roket Long March 2D pada Minggu, 9 Oktober kemarin, dari Pusat Peluncuran Satelit Jiquan di Mongolia Dalam.

Dirancang untuk beroperasi selama empat tahun, ASO-S dijuluki Kuafu-1 oleh rakyat China yang artinya ia seperti raksasa dalam mitologi China yang mencoba mengejar Matahari.

Misi ASO-S sendiri yaitu memantau dan akan fokus pada pengamatan siklus Matahari. Selain itu, pesawat luar angkasa tersebut juga membantu para peneliti meningkatkan prediksi cuaca di luar angkasa.

Awalnya misi ini diusulkan pada 1976 sebagai ASTRON-1, yang tidak pernah sepenuhnya didanai dan kemudian dibatalkan. Dengan ditetapkannya program prioritas ilmu luar angkasa dari Chinese Academy of Science (CAS) pada 2011, rencana untuk observatorium Matahari ditinjau kembali.

Kemudian pada 2014, dipelajari apakah muatannya layak, dan diberi lampu hijau pada April 2016. Setelah itu, perakitan instrumen sains dimulai. Perakitan dan konstruksi ASO-S berakhir pada Agustus 2022 saat mendapat jalan untuk melanjutkan peluncuran.

Probe seberat 1.960 pon (888 kilogram) itu menggunakan tiga instrumen untuk mempelajari medan magnet matahari, semburan matahari, dan lontaran massa korona (CME), yakni semburan besar plasma super panas yang meluncur menjauh dari matahari dengan kecepatan jutaan mil per jam.

Suar matahari sering dikaitkan dengan CME dan keduanya dapat memengaruhi aktivitas di Bumi. CME yang kuat, dapat menelurkan badai geomagnetik yang bisa mengganggu jaringan listrik, komunikasi radio, dan navigasi GPS. CME juga dapat meningkatkan aurora.

Pesawat ruang angkasa juga akan mempelajari bagaimana energi diangkut melalui berbagai lapisan atmosfer matahari, dan bagaimana evolusi suar dan CME dipengaruhi oleh medan magnet matahari.

Selain dirancang untuk beroperasi selama empat tahun, ASO-S juga akan menghasilkan sekitar 500 gigabyte data setiap hari dari pengamatannya terhadap Matahari. Demikian dikutip dari Space, Senin, 10 Oktober.

Tidak hanya China, NASA juga beberapa waktu lalu meluncurkan Parker Solar Probe yang dirancang khusus untuk menerima panas dan radiasi matahari yang ekstrem.

Pesawat luar angkasa itu diharapkan membuat 24 lintasan dekat Matahari selama misi tujuh tahun, yang dijadwalkan selesai pada pertengahan 2025.