Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan telekomunikasi asal Swedia, Ericsson, memperkirakan jumlah pengguna seluler 5G akan naik dipenghujung tahun 2020. Sedikitnya 220 juta pelanggan 5G akan berasal dari China. 

Angka ini melebihi perkiraan Ericsson sebelumnya dengan 190 juta pelanggan. Artinya China menyumbang hampir 80 persen dari total pengguna baru jaringan 5G tersebut.

"Apa yang telah memicu pertumbuhan adalah China, dan itu sendiri didorong oleh fokus nasional strategis yang kuat pada 5G di China," kata Kepala Jaringan, Fredrik Jejdling kepada Reuters, Selasa, 1 Desember.

Ericsson mengatakan dalam laporan dua tahunan Mobility Report bahwa tahun 2020 membuat masyarakat mengambil "lompatan besar menuju digitalisasi," karena pandemi bertindak sebagai katalisator untuk perubahan yang cepat dan menyoroti dampak konektivitas terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.

"Sekitar 15 persen dari populasi dunia, atau 1 miliar orang, diharapkan berada di area yang akan dicakup oleh 5G pada akhir tahun," imbuhnya.

Perusahaan tersebut memperkirakan ada sebanyak 3,5 miliar pelanggan 5G pada akhir tahun 2026, terhitung lebih dari 50 persen lalu lintas data seluler, dan dengan empat dari setiap 10 pelanggan seluler adalah 5G.

Ericsson, yang bersaing dengan Huawei dari China dan Nokia dari Finlandia, memperkirakan bahwa 60 persen populasi dunia akan memiliki akses ke cakupan 5G pada 2026. Ericsson telah memenangkan kontrak dari ketiga operator besar di China untuk memasok peralatan radio untuk jaringan 5G.

Industri jaringan seluler telah menghadapi permintaan yang berkurang untuk 4G dan peralatan jaringan yang lebih lama, tetapi pengeluaran 5G di Amerika Utara telah membantu mendorong kembalinya pertumbuhan. Teknologi ponsel generasi baru akan menghadirkan kecepatan data yang lebih cepat dan mendukung lebih banyak variasi perangkat yang terhubung.