JAKARTA – Berbagai upaya kabar dilakukan oleh Amerika Serikat dalam memperluas pengaruhnya di negara-negara tertentu lewat penggunaan media sosial. Namun sebuah peneilitian merujuk adanya akun bot dan palsu yang digunakan oleh negara itu dalam menyebarkan infomasi pro-AS. Ini tentu memalukan.
Pejabat Pentagon dikabarkan telah memerintahkan peninjauan menyeluruh atas operasi perang informasi AS yang dilakukan melalui platform media sosial, setelah Twitter dan Meta keduanya mengidentifikasi jaringan akun palsu yang diyakini terhubung dengan militer AS.
Mengutip wawancara dengan pejabat pertahanan yang tidak disebutkan namanya, The Washington Post menyatakan bahwa Colin Kahl, wakil menteri untuk kebijakan di Departemen Pertahanan, menginstruksikan semua cabang militer yang melakukan kampanye pengaruh online untuk memberikan laporan lengkap tentang operasi mereka pada bulan depan.
Seruan untuk meninjau datang setelah adanya laporan Agustus lalu dari firma analisis jaringan sosial Graphika dan Stanford Internet Observatory, yang mengungkap serangkaian operasi pengaruh yang bertujuan untuk "mempromosikan narasi pro-Barat" di negara-negara seperti Rusia, Cina, dan Afghanistan.
Laporan tersebut didasarkan pada data yang diberikan kepada organisasi penelitian oleh Twitter dan Meta, yang menghapus jaringan dari platform masing-masing pada Juli dan Agustus. Hal ini, mengutip kebijakan mereka tentang manipulasi platform dan aktivitas tidak autentik yang terkoordinasi.
BACA JUGA:
Meskipun para peneliti tidak dapat secara meyakinkan mengaitkan asal usul kampanye pengaruh terkait, akun tersebut “secara konsisten memajukan narasi yang mempromosikan kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya” sambil menautkan ke situs berita yang didukung oleh pemerintah dan militer AS.
Menurut The Post, Gedung Putih dan pejabat di lembaga federal lainnya menjadi semakin khawatir tentang penggunaan operasi pengaruh online rahasia setelah adanya laporan tersebut, yang mendorong peninjauan.
Meskipun militer AS telah lama terlibat dalam operasi psikologis, atau "psyops", penggunaan persona online palsu dan media palsu relatif baru dan sangat kontroversial. Data yang disediakan oleh Twitter dan Meta menunjukkan akun-akun itu menggunakan wajah yang dihasilkan AI untuk gambar profil dan, dalam beberapa kasus, menyamar sebagai perwakilan dari organisasi media independen fiktif.
Taktik tersebut cenderung menarik perbandingan yang tidak menguntungkan dengan kampanye yang dijalankan oleh entitas seperti GRU, dinas intelijen militer Rusia. Operasi disinformasi telah menjadi landasan proyeksi kekuatan global Rusia, yang digunakan untuk mendorong narasi politik yang salah dan menyesatkan di AS, Eropa, Ukraina, dan di tempat lain.