Facebook Kerap Abai Basmi Akun-Akun Bot yang Sebar Misinformasi
ilustrasi Facebook (mage Credit: Krupekk_pl / Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Raksasa media sosial Facebook ternyata cukup sering mengabaikan laporan dari penggunanya. Bahkan perusahaan milik Mark Zuckerberg ini jarang membasmi akun-akun palsu atau bot yang kerap digunakan untuk memanipulasi informasi di seluruh dunia. 

Pernyataan itu diungkapkan oleh Sophie Zhang, seorang mantan karyawan Facebook yang belum lama ini dipecat. Dalam memonya, Zhang yang bekerja sebagai ilmuwan data di jejaring sosial itu mengatakan bahwa Facebook sangat lambat mengatasi akun-akun palsu yang menyebarkan informasi salah.

Zhang ditugaskan untuk menjalankan penilaiannya sendiri tanpa dukungan manajerial, sambil memilih hal-hal penting mana yang akan diprioritaskan berkaitan dengan Irak, Italia, India, El Salvador, dan banyak negara lainnya.

"Saya telah menemukan banyak upaya terang-terangan oleh pemerintah nasional asing untuk menyalahgunakan platform kami dalam skala besar untuk menyesatkan warga negara mereka sendiri, dan menyebabkan berita internasional pada banyak kesempatan," ungkap Zhang seperti dikutip dari BuzzFeed News, Selasa 15 September.

Beban kerja Zhang yang monumental mengakibatkan banyak jaringan palsu semacam itu lolos dari pantauannya, yang merupakan contoh terbaru perjuangan lama Facebook untuk membendung penyebaran informasi yang salah dan campur tangan pemilu di platform-nya.

Dia menemukan serangkaian akun tidak autentik atau dalam istilahnya adalah akun bot yang digunakan dalam kampanye oposisi untuk mempromosikan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Zhang mengatakan dalam memo itu bahwa Facebook tidak melakukan penyelidikan terhadap aktivitas tersebut hingga lebih dari setahun setelah dia pertama kali melaporkannya.

Perusahaan juga membutuhkan sembilan bulan untuk mengambil tindakan pada kampanye yang melibatkan akun bot untuk memengaruhi opini publik dan mempromosikan Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez. Zhang mengatakan pola serupa terjadi di Bolivia dan Ekuador.

Dampaknya dari hal ini, tentu saja terjadi perselisihan di berbagai negara, Zhang menyatakan, "Saya tahu tangan saya berlumuran darah sekarang." Selain itu, dia juga telah mengalami tekanan mental dan penurunan kesehatan karena beban dari kekuatan yang diberikan kepadanya dalam pekerjaan ini.

Bahkan menurut Zhang, CEO Facebook Mark Zuckerberg hanya memprioritaskan jaringan terkait Amerika Serikat (AS) dan Eropa Barat, tetapi negara lain justru diabaikan. Namun, dia mengatakan bahwa Facebook seringkali malah memprioritaskan citra publik perusahaan ketimbang mengurusi masalah krusial seperti isu politik yang berkembang di platform-nya.