Twitter Tersandung Masalah Lagi, Warga Bodegraven Tuntut Hapus Cerita Konspirasi yang Meresahkan
Bodegraven residents sued Twitter. (photo: twitter @gem_BR)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah kota kecil di Belanda menuntut Twitter di pengadilan pada Jumat, 16 September, untuk menuntut raksasa media sosial itu agar menghapus semua pesan yang berkaitan dengan jaringan pedofil pemuja setan yang diduga telah aktif di kota itu pada 1980-an.

Bodegraven-Reeuwijk, adalah sebuah kota berpenduduk sekitar 35.000 penduduk di tengah Belanda. Kota kecil ini telah menjadi fokus teori konspirasi di media sosial sejak tahun 2020, ketika tiga pria mulai menyebarkan cerita tidak berdasar tentang pelecehan dan pembunuhan anak-anak yang mereka katakan terjadi di kota pada tahun 1980-an.

Penghasut utama cerita itu mengatakan dia memiliki kenangan masa kecil menyaksikan pelecehan oleh sekelompok orang di Bodegraven.

Kisah-kisah itu menyebabkan banyak keresahan di Bodegraven, ketika sejumlah pengikut tweet pria itu berbondong-bondong ke kuburan setempat untuk meletakkan bunga dan menulis pesan di kuburan anak-anak yang tampaknya mati secara acak, yang mereka klaim sebagai korban cincin setan.

Pengacara Twitter, Jens van den Brink, menolak berkomentar sebelum sidang di Pengadilan Distrik Den Haag pada Jumat depan.

Tahun lalu pengadilan yang sama memerintahkan orang-orang itu untuk segera menghapus semua tweet, ancaman, dan konten online lainnya yang berkaitan dengan cerita tersebut dan untuk memastikan bahwa tidak ada yang bisa muncul lagi.

Namun terlepas dari keyakinan mereka, cerita tentang Bodegraven masih beredar di media sosial karena orang lain terus mengungkapkan cerita mereka, membuat kota itu dan mengangkat masalah itu dengan Twitter sendiri.

"Jika teori konspirasi tidak menghapus pesan mereka, maka platform yang terlibat perlu bertindak," kata pengacara kota Bodegraven, Cees van de Zanden seperti dikutip oleh surat kabar Belanda, De Volkskrant pada Jumat, 16 September.

Van de Zanden mengatakan bahwa pada Juli lalu kota juga telah meminta Twitter untuk secara aktif menemukan dan menghapus semua pesan yang berkaitan dengan cerita Bodegraven, tidak hanya yang diposting oleh tiga orang yang dihukum. Namun mereka sejauh ini belum menerima jawaban dari perusahaan AS itu.

Orang-orang di balik cerita Bodegraven saat ini semuanya berada di penjara, karena mereka telah dihukum dalam kasus pengadilan lain karena penghasutan dan membuat ancaman pembunuhan kepada sejumlah orang termasuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan mantan menteri kesehatan Hugo de Jonge.