Bagikan:

JAKARTA - Fitur audio Spaces milik Twitter sedang dibanjiri oleh sekelompok supremasi kulit putih, ahli teori konspirasi, dan kelompok ekstremis lainnya yang diklaim menebarkan kebencian.

Laporan baru dari Washington Post, bahwa terdapat pidato kebencian dan ekstremisme yang dapat ditemukan di fitur Twitter itu sebagian besar tidak dimoderasi oleh Spaces. Beberapa konten itu termasuk disinformasi COVID-19 dan teori konspirasi, serta diskusi yang menghina tentang Muslim, transgender, dan orang kulit hitam Amerika.

Spaces adalah fitur audio built-in baru dari jejaring sosial yang memungkinkan pengguna untuk mengadakan percakapan langsung dengan pengguna lain, di mana pengguna Twitter dapat mendengarkan atau secara sukarela ikut serta dalam diskusi juga.

Twitter pertama kali mengumumkan fitur tersebut pada akhir 2020. Perusahaan kemudian mulai meluncurkan Twitter Spaces ke lebih banyak pengguna sepanjang tahun 2021.

Masih dalam laporan Washington Post yang dikutip dari Mashable, Senin, 13 Desember, para eksekutif Twitter sejatinya mengetahui akan mudah bagi aktor jahat untuk melanggar kebijakan Twitter dalam Spaces, namun kekhawatiran mereka atas masalah ini justru dikesampingkan demi pertumbuhan platform.

Dikhawatirkan, banyak orang yang bisa dengan mudah ditargetkan oleh para ekstremis tersebut. Untuk saat ini, moderasi audio sebagian besar bergantung pada pengguna yang melaporkan konten terlarang atau moderator manusia yang mendengarkan konten tersebut.

"Memastikan keselamatan orang dan mendorong percakapan yang sehat, sambil membantu pembawa acara dan pendengar untuk mengontrol pengalaman mereka, telah menjadi prioritas utama sejak awal pengembangan (Spaces). Kami sedang menjajaki jalan dalam hal ini, tetapi itu bukan sesuatu yang kami miliki saat ini," ungkap juru bicara Twitter.

Masalah ini tak hanya terjadi pada Space, Clubhouse pelopor audio sosial juga menghadapi masalah serupa ketika popularitasnya meledak selama awal pandemi. Ekstremis sayap kanan dan kelompok teroris berbondong-bondong ke platform sosial baru ini untuk menyebarkan pesan dan ideologi kebencian mereka.

Sekarang, Twitter merekam semua obrolan Spaces dan menyimpannya sementara untuk dimoderasi. Jika pengguna Twitter dalam Spaces dilaporkan, perusahaan dapat merujuk pada rekaman tersebut dan memberikan hukuman apa pun yang dianggap perlu. Twitter memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalahnya.