Bagikan:

JAKARTA - Kearney, perusahaan konsultan manajemen global terkemuka memaparkan hasil studi terbarunya yang berjudul "Unleashing a digital transformation for equitable, high-quality education" pada Rabu, 31 Agustus bersama rekan-rekan media secara virtual.

Studi Kearney menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045 dengan jumlah 70 persen populasi berada di usia produktif (15 - 64 tahun). Sementara itu, 30 persen lainnya akan berada di usia tidak produktif (di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun). Bonus demografi dapat dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 

Kearney mengatakan bahwa pemerintah perlu menerapkan sistem yang dapat mendukung terciptanya tenaga kerja yang adaptif, kolaboratif, dan siap dengan perkembangan teknologi di berbagai industri.

Menurut Shirley Santoso selaku Presiden Direktur & Partner Kearney, digitalisasi sektor pendidikan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi dengan meningkatnya edTech selama masa pandemi dua tahun lalu. 

Kearney dan pemerintah menyadari bahwa akses internet di Indonesia belum sepenuhnya merata. Maka dari itu, Shirley mengatakan, untuk wilayah yang memiliki akses internet yang baik, pembelajaran akan lebih berkualitas jika dilakukan secara hybrid. Bukan hanya di sekolah, tapi juga di luar sekolah.

"Tapi kalau sekolah yang belum punya akses internet yang baik, itu butuh dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, stakeholder, sektor swasta, dan lain-lain," tutur Shirley selama Taklimat bersama media.

Shirley juga mengungkapkan bahwa pengoptimalan digitalisasi sektor pendidikan di kota besar (dengan akses internet yang baik) dan di daerah pedalaman (yang belum memiliki akses internet) harus ditingkatkan secara bersamaan.

"Menurut pandangan saya, harus bersama-sama (di kota besar dan pedalaman) ditingkatkan. Di kota besar, pendidikan juga harus meningkat, ada mix and match antara lulusan Universitas dengan masyarakat yang diterima kerja. Sekolah-sekolah besar harus meningkatkan sisi edukasinya," tambahnya.

Sedangkan untuk warga di pedalaman, pemerintah harus menyiapkan infrastruktur yang mumpuni, baik untuk murid maupun dari sisi pengajarnya. "Harus ada pendekatan yang cukup inovatif untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia," tandasnya.

Lebih dari itu, Ishan Nahar, Principal Kearney menyatakan bahwa sumber pendanaan yang memadai dan alokasi investasi yang tepat sangat penting untuk memacu transformasi digital di sektor pendidikan. 

Investasi TIK di bidang pendidikan dibatasi hingga Rp4 triliun pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai Rp8 triliun pada tahun 2030, setara dengan 0,02 hingga 0,03 persen dari PDB.

"Investasi TIK Indonesia masih jauh di bawah 0,1 persen dari rata-rata PDB untuk negara-negara dengan transformasi digital yang sukses pada sektor pendidikan seperti Singapura, Estonia, Cina, India, dan AS," jelas Ihsan.

Ihsan juga menyampaikan, untuk mencapai ambisi Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2045, pemerintah harus mampu menerapkan transformasi digital yang efektif di sektor pendidikan untuk memperkuat layanan e-learning, membangun fondasi industri digital yang lebih kuat, menjaga ekosistem pendidikan, serta meningkatkan lingkungan pendanaan dan regulasi.