JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto memaparkan dua permasalahan yang dialami UMKM di pelosok dalam proses transformasi digital.
“Pertama, akses terhadap jaringan internet yang berkualitas belum benar-benar merata. Memang sudah banyak kemajuan dengan dibangunnya tower-tower pemancar signal internet, namun masih belum cukup,” jelas Agus diberitakan Antara, Jumat 4 November.
Akses jaringan yang terbatas ini, mengakibatkan digitalisasi UMKM terjadi di wilayah perkotaan saja yang notabene adalah sentra perdagangan bukannya sentra industri kecil. Sehingga dapat dipahami apabila UMKM yang berkembang merupakan UMKM bidang perdagangan yang mayoritas menjual produk-produk impor.
“Masalah kedua terkait kemampuan SDM UMKM untuk menggunakan teknologi digital tersebut. Tidak sedikit pelaku UMKM yang masih merasa kesulitan untuk memanfaatkan teknologi e-dagang (e-commerce) & e-dompet (e-wallet),” ujarnya.
BACA JUGA:
Agus menambahkan KemenKopUKM dapat menggenjot kemampuan SDM UMKM untuk menggunakan teknologi digital dengan bekerja sama dan berkolaborasi dengan kementerian lain.
“Kemenkop bekerja sama dengan Kemendikbud untuk mendorong pendidikan vokasi khusus untuk maksimalisasi kemampuan UMKM dalam memanfaatkan teknologi digital,” kata dia.
Sementara dari sisi infrastruktur sarana internet, dapat menggandeng perusahaan-perusahaan perusahaan jasa penyedia layanan internet untuk memperluas jaringannya.
“Jaringan 5G harus merata sampai wilayah pelosok & pedesaan di wilayah pinggiran,” tutupnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan 30 juta UMKM go digital pada 2024. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, melalui digitalisasi UMKM Indonesia diharapkan dapat bersaing, memperluas cakupan pasar nasional hingga internasional (go global).