JAKARTA – Ripple, perusahaan solusi pembayaran lintas batas berbasis blockchain yang saat ini tengah berseteru dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), baru-baru ini terpilih menjadi mitra resmi World Economic Forum (WEF).
World Economic Forum merupakan organisasi internasional yang berbasis di Clogny, Jenewa, Swiss. WEF telah mencantumkan Ripple di laman web resminya. Organisasi tersebut menyebut Ripple memungkinan pengiriman dana secara instan ke seluruh dunia.
“Memungkinkan aliran (keuangan) instan dan mulus di seluruh dunia. Ripple menyebutnya Internet of Value (IoV). Dengan menggunakan teknologi blockchain dan cryptocurrency, Ripple didedikasikan untuk menciptakan keuntungan yang kuat dalam efisiensi, ekuitas, dan inklusi keuangan,” tulis keterangan di laman resmi WEF.
Lebih lanjut, WEF menilai bahwa Ripple tengah “mengembangkan dan memungkinkan kasus penggunaan di masa depan yang akan mengkatalisasi ekonomi digital baru untuk pemerintah, bisnis, dan konsumen.”
BACA JUGA:
Sebelumnya, pada gelaran World Economic Forum 2022 yang diselenggarakan di Davos, Swiss, CEO Ripple Brad Garlinghouse menjadi pembicara dalam panel diskusi dan menyatakan kemungkinan WEF dan Ripple bisa berkolaborasi. Dalam diskusi tersebut, Garlinghouse juga membahas regulasi mata uang kripto di Amerika Serikat.
Ripple memiliki solusi pembayaran RippleNet. Saat ini nama perusahaan sudah terkenal di sektor keuangan global. Puluhan bahkan ratusan lembaga keuangan dan fintech dari berbagai negara telah bekerja sama dengan Ripple. Kerja sama ditujukan untuk meningkatkan pengiriman uang secara instan dan real-time dengan menggunakan layanan Ripple.
Sejumlah lembaga keuangan dan perusahaan fintech tersebut meliputi National Bank of Australia (NAB), SBI Asia, Canadian Imperial Bank of Commerce (CIBC), FOMOPay, FINCI, Tranglo, dan lebih banyak lagi. Pada 2015 WEF sempat menyebut Ripple sebagai pelopor teknologi buku besar terdistribusi, sebagaimana dilansir dari KryptoMoney.