JAKARTA – Kelompok separatis yang mendapat dukungan Rusia di wilayah Ukraina timur, yang ingin memisahkan diri, telah memblokir akses ke mesin pencari Google . Hal ini tegaskan oleh pemimpin mereka pada Jumat, 22 Juli, karena masalah yang disebutnya "disinformasi".
Dalam sebuah pesan yang diposting di saluran Telegramnya, Denis Pushilin, Kepala Republik Rakyat Donetsk (DPR), menuduh Google mempromosikan "kekerasan terhadap semua orang Rusia" dan mengatakan bahwa "penangannya dari pemerintah AS" yang harus disalahkan.
"Jika Google berhenti mengejar kebijakan kriminalnya dan kembali ke arus utama hukum, moralitas, dan akal sehat, tidak akan ada hambatan dalam pekerjaannya," kata Pushilin, seperti dikutip Reuters.
Namun dia tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya tersebut. Sementara Google tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan itu.
BACA JUGA:
Sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, Rusia dan proksinya di Ukraina timur menuduh perusahaan-perusahaan Barat telah menyebarkan propaganda anti-Rusia dan mengambil sikap sepihak dalam konflik tersebut.
Rusia melarang Facebook dan Instagram pada Maret setelah pengadilan memutuskan pemilik Facebook Meta bersalah atas "aktivitas ekstremis". Moskow juga telah membatasi akses ke Facebook karena membatasi akses media Rusia ke platform tersebut.
DPR dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) yang terpisah mengikuti ajakan itu dengan memblokir Facebook dan Instagram. Mereka menyelaraskan diri dengan kebijakan Rusia di jejaring sosial yang berbasis di AS.