Google Rusia Ajukan Kebangkrutan Akibat Banyaknya Denda dan Rekening Bank Disita
Google Rusia ajukan kebangrutan karena banyaknya denda. (foto: dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Google Rusia anak perusahaan dari Alphabet Google akan mengajukan kebangkrutan. Menurut laporan Reuters, mereka menyatakan tidak dapat lagi mempertahankan cabang ini. Cabang Google di Rusia melaporkan telah menghasilkan 134,3 miliar rubel (Rp30,2 triliun) di Rusia pada tahun 2021 dan mempekerjakan lebih dari 100 pekerja.

"Penyitaan rekening bank Google Rusia oleh otoritas Rusia telah membuat kantor kami di Rusia tidak dapat berfungsi, termasuk mempekerjakan dan membayar karyawan yang berbasis di Rusia, membayar pemasok dan vendor, dan memenuhi kewajiban keuangan lainnya," kata juru bicara Google dalam sebuah pernyataan kepada The Verge. “Google Rusia telah menerbitkan pemberitahuan tentang niatnya untuk mengajukan kebangkrutan.”

Pada Maret lalu, Google menangguhkan penjualan iklan di Rusia tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina. YouTube milik Google juga melakukan hal sama untuk melarang iklan di saluran yang dimiliki oleh media yang didukung pemerintah Rusia dan kemudian memblokir saluran ini sepenuhnya.

Desember lalu, Rusia mendenda Google 7,2 miliar rubel (Rp1,4 triliun) setelah gagal menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Rusia dari platformnya. Denda tersebut menyedot sekitar 8 persen dari pendapatan Google di Rusia.

Selain itu, Reuters juga melaporkan bahwa saluran TV Rusia mengklaim pihak berwenang menyita 1 miliar rubel (Rp217 miliar) dari Google pada bulan April lalu, setelah tidak memulihkan akses ke akun YouTube saluran tersebut.

Regulator komunikasi Rusia juga mengancam akan menambah Google dengan denda 8 juta rubel (Rp1,3 miliar) setelah menghapus video "ilegal" dari YouTube. Tidak jelas berapa total yang telah disita Rusia dari Google.

Sebuah catatan yang diposting ke registri keuangan resmi Rusia, yang dilihat oleh Reuters, merinci niat Google untuk mengajukan kebangkrutan.

“Sejak 22 Maret 2022, ia meramalkan kebangkrutan dan ketidakmampuannya sendiri untuk memenuhi kewajiban moneternya, tuntutan untuk membayar pembayaran pesangon dan (atau) remunerasi staf yang bekerja atau sebelumnya bekerja di bawah kontrak kerja, dan (atau) kewajiban untuk membuat pembayaran wajib dalam jangka waktu yang ditentukan,” ungkap Google Rusia.

Sejauh ini, Google tampaknya menjadi perusahaan teknologi besar pertama yang mengajukan kebangkrutan di Rusia akibat perang di Ukraina. Perusahaan lain, seperti Apple, Meta, dan Microsoft memiliki semua operasi yang ditangguhkan di negara itu tetapi belum ada cabang Rusia yang menyatakan kebangkrutan.

Startup pengiriman makanan yang didukung Rusia, Buyk, mengajukan kebangkrutan pada bulan Maret sebagai akibat dari sanksi ekonomi yang dijatuhkan pada negara tersebut. Pada Senin, 16 Mei, McDonald's mengumumkan akan meninggalkan Rusia dan menjual restoran cepat sajinya setelah lebih dari 30 tahun beroperasi di negara itu.

Meskipun Rusia tidak melarang layanan Google di negara itu, Rusia memang melarang Facebook dan Instagram milik Meta. Google mengatakan layanan gratisnya akan tetap tersedia di negara tersebut.

“Orang-orang di Rusia mengandalkan layanan kami untuk mengakses informasi berkualitas dan kami akan terus menyediakan layanan gratis seperti Penelusuran, YouTube, Gmail, Maps, Android, dan Play,” tambah juru bicara Google, seperti dikutip The Verge.