Moskow Kembali Denda Google karena Gagal Patuhi Peraturan, Namun Berharap Mereka Bertahan di Rusia
Google diharapkan bertahan di Rusia meski terus mendapatkan denda.(foto: dok pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Pengadilan Moskow pada Kamis, 16 Juni mengumumkan bahwa mereka telah mendenda Google Alphabet sebesar  15 juta rubel (Rp3,7 miliar). Denda ini diberikan karena Google dianggap berulang kali gagal mematuhi undang-undang Rusia yang mewajibkan perusahaan teknologi untuk melokalkan data pengguna.

Rusia telah mengeluarkan beberapa denda kepada perusahaan teknologi asing dalam beberapa tahun terakhir atas berbagai pelanggaran. Para kritikus menyebut hal ini sebagai upaya Moskow untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas internet.

Google sendiri menolak berkomentar tentang denda terbaru mereka ini. Google selama ini telah banyak mendapatkan denda dari pemerintah Rusia. Ini membuat Google semakin tak nyaman di Rusia.

Di sisi lain Wakil kepala komite parlemen Duma Negara tentang kebijakan informasi, Anton Gorelkin, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia berharap Google akan tetap berada di Rusia. Moskow tidak berniat memblokir YouTube, tambah Gorelkin.

Sementara Rusia sendiri telah membatasi akses ke Twitter  dan jejaring sosial andalan Meta Platform Inc, Facebook dan Instagram. Namun Google dan layanan hosting video YouTube, meskipun di bawah tekanan, tetap tersedia untuk saat ini.

Moskow secara khusus keberatan dengan perlakuan YouTube terhadap media Rusia, yang telah diblokirnya. Tetapi Anton Gorelkin, wakil kepala komite Duma Negara untuk kebijakan informasi, mengatakan perusahaan AS itu belum berisiko mengalami nasib yang sama.

"Pemblokiran adalah tindakan ekstrem dan YouTube dan Google belum melewati batas kewajaran ini, tetapi mereka terlibat dalam perang informasi melawan Rusia," kata Gorelkin kepada wartawan di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, seperti dikutip Reuters.

Pengadilan Distrik Tagansky Moskow mengatakan telah menjatuhkan denda atas apa yang digambarkan sebagai kegagalan berulang Google untuk menyimpan data pribadi dari pengguna Rusia dalam basis data di wilayah Rusia. Google memindahkan beberapa karyawan dari Rusia setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari.

Aplikasi berbagi foto LikeMe juga didenda 1,5 juta rubel untuk pelanggaran pertama. LikeMe tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Sementara Kemampuan Google untuk membayar dapat terhambat karena anak perusahaannya di Rusia mengumumkan rencana untuk mengajukan kebangkrutan pada Mei lalu, setelah pihak berwenang menyita rekening banknya.

Gorelkin mengatakan Google tidak bisa menjadi pemimpin global tanpa operasi di China dan menunjuk Yandex, yang dianggap sebagai jawaban Rusia untuk Google, sebagai pesaing yang layak. "Saya yakin Google akan tetap berada di Rusia jika tidak melewati batas," katanya.