JAKARTA - Twitter mengubah sementara format dan cara pengguna untuk me-retweet. Di mana sekarang, pengguna dipaksa untuk menyalin ulang kutipan tweet sebelum me-retweet.
Melansir The Verge, Rabu 21 Oktober, perubahan cara me-retweet ini dilakukan menjelang Pilpres di Amerika Serikat (AS) yang akan diselenggarakan pada 3 November mendatang. Cara ini dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan dan penyebaran misinformasi di Twitter.
Dengan mengarahkan pengguna untuk mengutip ulang postingan seseorang, Twitter berharap warganet bisa lebih bijak dan mempertimbangkan retweet tersebut. Termasuk memberikan jeda bagi pengguna untuk menambahkan pandangannya terhadap suatu isu.
CEO Twitter Jack Dorsey lewat akun pribadinya, juga merespon komentar warganet terkait perubahan cara me-retweet tersebut. Menurutnya, pengguna masih bisa untuk me-retweet secara normal tanpa harus menambahkan komentar.
BACA JUGA:
Kendati memang tak semudah cara me-retweet sebelumnya, langkah ini dinilai efektif untuk memberikan jeda waktu seseorang untuk memposting ulang unggahan dari kicauan orang lain (Quote Tweet).
Tak hanya itu, Twitter juga melakukan perubahan dengan menyembunyikan keterangan "liked by" (disukai oleh) dan "followed by" (diikuti oleh) dari follower. Hal yang sama juga dilakukan dengan menambahkan konteks pada pencarian kata di Trending Topic.
Our work to limit the spread of misleading information goes beyond elections. Starting today, before you Retweet or Quote Tweet any labeled Tweet that breaks our misleading information rules, you'll see a prompt.
It'll provide more context on why the Tweet breaks our rules. pic.twitter.com/KjQSnDk8cC
— Twitter Support (@TwitterSupport) October 16, 2020
Besar kemungkinan perubahan ini hanya akan terjadi untuk pengguna Twitter di AS, hingga proses pemungutan suara berakhir, tanpa menyebutkan tanggal pastinya.