JAKARTA - Departemen Energi A.S. meluncurkan program untuk mendanai empat proyek skala besar di seluruh negeri yang dapat menghilangkan karbon dioksida dari udara, pada Kamis, 19 Mei. Mereka menginvestasikan 3,5 miliar dolar AS (Rp 51,2 triliun) dalam teknologi yang baru lahir, yang menurut Pemerintahan Joe Biden diperlukan untuk memenuhi target mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini.
Badan tersebut merilis pemberitahuan resmi yang mengatakan akan mendanai program senilai 3,5 miliar dolar AS yang dibuat oleh Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan 2021 yang akan menciptakan empat pusat penangkapan udara langsung regional untuk memacu penyebaran luas teknologi dan infrastruktur transportasi dan penyimpanan karbon dioksida.
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB merilis sebuah laporan bulan lalu yang mengatakan bahwa dunia akan membutuhkan teknologi "penghilangan karbon dioksida", mulai dari menanam pohon yang menyerap karbon untuk tumbuh, hingga teknologi mahal untuk menyedot karbon dioksida langsung dari udara untuk memenuhi tujuan global dalam mengekang perubahan iklim.
“Laporan iklim terbaru dari PBB memperjelas bahwa menghilangkan polusi karbon warisan dari udara melalui penangkapan udara langsung dan menyimpannya dengan aman adalah senjata penting dalam perjuangan kita melawan krisis iklim,” kata Menteri Energi AS, Jennifer Granholm, seperti dikutip Reuters.
BACA JUGA:
Teknologi penghilangan karbon telah mendapatkan perhatian dan investasi besar dalam beberapa bulan terakhir. Ada tiga proyek penangkapan udara secara langsung utama, yang sedang dikembangkan dan yang telah muncul di Amerika Utara serta Eropa tetapi mereka hanya menyedot sejumlah kecil CO2 dari udara saat ini.
Awal tahun ini, perusahaan teknologi Google, Shopify, Meta, dan Stripe meluncurkan dana 1 miliar dolar AS (Rp14,5 triliun) yang akan membeli kredit penghilangan karbon selama dekade berikutnya sebagai cara untuk mendorong penyebaran cepat teknologi.
Konglomerat dunia, Elon Musk, tahun lalu menawarkan hadiah uang senilai 100 juta dolar AS (Rp 1,4 triliun) kepada para penemu untuk mengembangkan teknologi penghilangan karbon baru.
DOE mengatakan bahwa pada pertengahan abad ini, penghilangan karbon perlu dilakukan pada skala gigaton, yang berarti harus mampu menyerap emisi yang setara dari sekitar 250 juta kendaraan yang dikendarai dalam satu tahun.