China yang Belum Rela Melepas TikTok Jatuh ke AS
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Trump sudah merestui kesepakatan bisnis antara ByteDance dengan Oracle untuk operasional TikTok di Amerika Serikat (AS). Namun di lain sisi, pemerintah China justru belum rela melepas platform sosial media buatannya tersebut.

Dalam kolom editorial yang diterbitkan di media China Daily, pemerintah China disebut tidak memiliki alasan untuk menyetujui perjanjian yang disebutnya 'kotor dan tidak adil' dan berdasarkan 'perundungan dan pemerasan'.

"Apa yang dilakukan Amerika Serikat ke TikTok nyaris sama saja seperti gangster memaksa kesepakatan bisnis yang tidak masuk akal dan tidak adil terhadap sebuah perusahaan yang sah," tulis pemberitaan media lokal di China, seperti dikutip dari Reuters, Kamis, 24 September.

Mereka berargumen bahwa kesuksesan TikTok telah membuat AS merasa tidak aman, serta menggunakan alasan keamanan nasional agar operasional platform tersebut dihentikan. Terlebih aplikasi video pendek itu telah mendulang pendapatan lebih dari 1 miliar dolar AS sepanjang tahun 2020.

"ByteDance tidak hanya akan kehilangan kendali atas perusahaan, tetapi juga teknologi inti yang mereka ciptakan dan miliki," sambungnya merujuk pada algoritma TikTok.

Sejauh ini, ByteDance dan Oracle telah mengeluarkan keterangan yang saling berseberangan terkait nasib TikTok di AS. Di mana ByteDance mengatakan akan membuat anak perusahaan bernama TikTok Global dan mereka akan mengantongi 80 persen saham.

Sementara itu Oracle dan Walmart mengatakan mayoritas kepemilikan TikTok Global akan berada di tangan perusahaan AS, mengikuti perintah eksekutif 14 Agustus yang meminta ByteDance untuk menyerahkan kepemilikan TikTok dalam waktu 90 hari.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Donald Trump menyatakan perusahaan AS harus sepenuhnya mengambil kontrol penuh dari saham TikTok Global. Sekalipun tak akan disetujui oleh pemerintah China. 

Trump menyatakan jika benar apa yang dikatakan oleh ByteDance, maka deal akan dibatalkan. "Mereka tidak akan ada kaitannya dengan itu. Jika begitu, kami tidak akan membuat deal," cetus Trump.