Google Berhenti Lacak Pengguna untuk Bisnis Iklannya dengan Privacy Sandbox
Google memulai proses perombakan pada pelacakan iklan di ponsel Android dengan membawa Privacy Sandbox. (foto: Mark Boss / Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Tahun ini Google memulai proses perombakan pada pelacakan iklan di ponsel Android dengan membawa Privacy Sandbox. Fitur ini akan bekerja sama persis dengan pemblokiran pelacak oleh Apple di iOS tahun lalu.

Saat ini, perangkat Android masing-masing disematkan pengidentifikasi unik yang dikenal sebagai “advertising ID”, digunakan untuk membuat profil pengguna Android agar dapat dimanfaatkan pengembang guna menargetkan iklan dalam aplikasi.

Tetapi ketika perubahan baru itu datang, advertising ID akan dihapus. Tentu saja ini akan lebih menguntungkan privasi pengguna.

“Hari ini, kami mengumumkan inisiatif multi-year untuk membangun Privacy Sandbox di Android, dengan tujuan memperkenalkan solusi periklanan baru yang lebih pribadi,” ungkap VP dari manajemen produk di tim Keamanan dan Privasi Android, Anthony Chavez.

“Secara khusus, solusi ini akan membatasi pembagian data pengguna dengan pihak ketiga dan beroperasi tanpa pengenal lintas aplikasi, termasuk advertising ID. Kami juga mengeksplorasi teknologi yang mengurangi potensi pengumpulan data rahasia, termasuk cara yang lebih aman bagi aplikasi untuk berintegrasi dengan SDK iklan," imbuhnya.

Sebenarnya, perusahaan mulai menambahkan langkah-langkah privasi di sekitar advertising ID tahun lalu, dengan meluncurkan perubahan yang memungkinkan pengguna menghapus pengenal unik mereka dari sistem, setelah mereka memilih untuk tidak dilacak.

Namun, dengan adanya Privacy Sandbox menandakan bahwa di tahun-tahun mendatang, pengembang harus menggunakan sistem yang berbeda untuk memanfaatkan data tentang preferensi pengguna.

Belum ada detail lebih jelas bagaimana sistem anyar ini akan berjalan, tetapi halaman informasi pengembang Android tentang Privacy Sandbox saat ini mencantumkan empat proposal desain.

Itu termasuk sistem iklan berbasis topik dan minat, serta implementasi API FLEDGE Chrome untuk memungkinkan pengembang menargetkan pengguna khusus tanpa perlu berbagi data mereka dengan pihak ketiga.

Sebagai informasi, Apple tahun lalu juga meluncurkan sistem pemblokiran pelacakan yang sama, dan diperkenalkan di iOS 14.5 bernama App Tracking Transparency.

Fitur ini memaksa aplikasi untuk meminta izin kepada pengguna untuk melacak aktivitas di seluruh aplikasi dan situs web perusahaan lain. Penerapan perubahan tersebut berdampak besar pada pendapatan di Facebook, Snapchat, dan YouTube, yang dimiliki oleh perusahaan induk Google.

Sumber pendapatan utama Google adalah bisnis iklan digitalnya yang sangat menguntungkan, bisnis yang menghasilkan 61 miliar dolar AS bagi perusahaan pada kuartal terakhir 2021.

Hadirnya perubahan ini, tentu saja agar Google tak lagi mendapat predikat buruk tentang bisnis iklannya. Sebab, ia saat ini tengah menghadapi gugatan antimonopoli yang menuduh praktik tidak adil dalam cara menjalankan lelang iklan digital. Demikian dikutip dari The Verge, Kamis, 17 Februari.