JAKARTA - Perusahaan induk Snapchat, Snap memang tidak terlalu tertarik dengan metaverse, seperti CEO Meta Mark Zuckerberg, tetapi eksperimen terbaru perusahaan pasti terdengar sangat mirip dengan versinya.
Dengan menggandeng Universal Pictures, Snap akan menyelenggarakan konser virtual yang menampilkan Jennifer Lopez dan penyanyi pop Colombian, Maluma. Penonton yang hadir akan datang sebagai avatar Bitmoji mereka.
Konser tersebut tidak akan berlangsung di aplikasi Snapchat, tetapi penonton dapat mengakses pertunjukan dengan masuk ke situs web khusus konser dengan login akun Snapchat mereka.
Selain itu, beberapa efek interaktif yang akan tersedia selama pertunjukan, termasuk kemampuan untuk memicu efek laser virtual. Lopez dan Maluma juga akan muncul sebagai avatar 3D.
Acara tersebut, yang dijadwalkan pada 3 Februari, dimaksudkan untuk mempromosikan komedi romantis Hari Valentine mendatang, Marry Me yang juga dibintangi oleh Lopez dan Maluma. Konser ini diperkirakan akan berlangsung sekitar 10 menit, seperti dikutip dari Engadget, Rabu, 2 Februari.
Konser virtual telah menjadi salah satu contoh paling awal dari pengalaman seperti metaverse. Sebelumnya, salah satunya konser dalam gim Fortnite yang sering dirujuk dalam diskusi tentang seperti apa metaverse akhirnya.
BACA JUGA:
CEO Epic Games, Tim Sweeney, mengatakan dia ingin penerbit Fortnite menjadi pemimpin di ruang angkasa. Zuckerberg juga telah merujuk konser di metaverse, mengatakan tahun lalu bahwa di masa depan orang mungkin dapat berteleportasi secara instan sebagai hologram untuk menghadiri pertunjukan.
Tetapi para eksekutif Snap berbicara tentang metaverse dengan sangat berbeda. Eksekutif Snap AR Sophia Dominguez menyatakan pada Desember tahun lalu bahwa visi perusahaan untuk masa depan bukanlah untuk melarikan diri ke dunia lain.
Tetapi menciptakan pengalaman yang dapat menjembatani ruang fisik dengan ruang virtual. Sementara itu, CEO Snap Evan Spiegel mengatakannya dengan sedikit berbeda, berkomentar musim gugur yang lalu tentang asal usul distopia dari kata metaverse.
“Saya pikir gagasan dasarnya adalah bahwa Anda tahu bahwa dunia fisik sedang runtuh di masa depan dystopian ini sehingga orang-orang akan melarikan diri ke dalamnya, dunia virtual. Itu sama sekali bukan fokus bagi kami,” ujar Spiegel.