Bagikan:

JAKARTA - Dalam beberapa dekade, China mengalami tingkat kelahiran yang rendah. Karenanya, para ilmuwan di negara tersebut menciptakan terobosan baru dengan membuat pengasuh robot.

Pengasuh robot yang dimaksud ini diciptakan dari kecerdasan buatan (AI) untuk memantau dan merawat embrio manusia yang tumbuh dalam rahim buatan.

Meski menyandang status negara terpadat di dunia, tetapi China sedang mengalami masalah pertumbuhan populasi, di mana tingkat kelahiran baru-baru ini turun ke level terendah dalam enam dekade terakhir.

Oleh karena itu, para ilmuwan di Institut Teknik dan Teknologi Biomedis Suzhou di Provinsi Jiangsu, timur China, mengembangkan robot untuk melakukan tugas, seperti mengamati, mendokumentasikan, dan secara manual menyesuaikan karbon dioksida, nutrisi, dan lainnya pada embrio.

Robot ini juga dapat menentukan peringkat embrio berdasarkan potensi perkembangannya. Makalah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Biomedical Engineering ini menggambarkan, bagaimana robot pengasuh telah digunakan untuk memelihara embrio hewan dalam lingkungan rahim buatan.

“Masih banyak misteri yang belum terpecahkan tentang fisiologi perkembangan embrio manusia yang khas. Teknologi ini tidak hanya akan membantu lebih memahami asal usul kehidupan dan perkembangan embrio manusia, tetapi juga memberikan dasar teoretis untuk memecahkan masalah cacat lahir dan masalah kesehatan reproduksi utama lainnya," tulis makalah itu.

Menurut makalah yang dikutip dari The Independent, Selasa, 1 Februari, sistem tersebut memungkinkan janin tumbuh lebih aman dan efisien daripada dalam rahim alami wanita.

Sejatinya, teknologi ini terinsipirasi dari pengasuh robot yang dijelaskan dalam cerita pendek Dacey’s Patent Automatic Nanny dari koleksi Exhalation 2019 yang diakui oleh Ted Chiang.

Dalam cerita tersebut, seorang anak dibesarkan secara eksklusif oleh pengasuh robot, tetapi tumbuh menjadi anak yang tidak mampu berinteraksi dengan manusia lain.

Namun, para ilmuwan China telah membuktikan bahwa teknologi tersebut dapat digunakan dengan aman untuk pengembangan embrio.

Sayangnya, hukum internasional saat ini melarang studi eksperimental pada embrio manusia setelah dua minggu perkembangan. Tetapi, penelitian pada tahap selanjutnya penting karena masih ada banyak misteri yang belum terpecahkan tentang fisiologi perkembangan embrio manusia yang khas.

Sebagai informasi, teknologi rahim buatan bukanlah hal baru, dan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2019, tim peneliti dari Institut Zoologi di Beijing membawa telur monyet yang telah dibuahi ke tahap pembentukan organ dalam rahim sintetis, pertama kalinya embrio primata pergi sejauh ini di luar tubuh sang ibu.

Pada tahun yang sama, para ilmuwan di Belanda mengatakan kepada BBC Internasional bahwa mereka dalam waktu 10 tahun membangun rahim buatan untuk menyelamatkan bayi prematur.