Apple Dituntut Perusahaan China karena Langgar Paten
Ilustrasi Siri (Apple)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan artificial intelligence (AI) besutan China, Shanghai Zhizhen Intelligent Network Technology Co Ltd, yang juga dikenal sebagai Xiao-i Robot, mengajukan gugatan hak paten terhadap Apple. Mereka menuduh Apple telah melanggar paten terhadap teknologi asisten pintar Siri. 

Dikutip dari Slashgear, Selasa 4 Agustus, gugatan itu diajukan ke Pengadilan China. Xiao-i Robot berpendapat bahwa teknologi pengenalan suara Apple, telah melanggar paten yang diajukannya pada 2004.

Xiao-i Robot menggugat ganti rugi sebesar 1,4 miliar dolar AS agar Apple menghentikan penggunaan, menjual dan mengimpor produk yang melanggar paten. Menanggapi hal itu, Apple akan mengajukan banding atas perangkat lunaknya di pengadilan.

"Kasus ini telah berlangsung selama 8 tahun. Siri tidak mengandung fitur yang termasuk dalam paten mereka, yang berkaitan dengan gim dan pesan instan," ungkap juru bicara Apple.

"Penilai independen yang disertifikasi oleh Mahkamah Rakyat Agung juga menyimpulkan bahwa Apple tidak melanggar teknologi Robot Xiao I," lanjutnya.

Gugatan ini bukan yang pertama di kedua perusahaan miliki atas paten khusus ini. Xiao-i Robot awalnya mengajukan keluhannya pada 2012 lalu, tetapi Apple mengajukan permintaan dengan janji bahwa tidak akan menggunakan paten tersebut.

Diskusi mengenai apakah paten itu sah telah berlangsung selama delapan tahun, tetapi bulan lalu Mahkamah Agung Rakyat China memutuskan untuk mendukung Xiao-i, membalikkan keputusan yang sebelumnya dicapai oleh Pengadilan Tinggi Beijing.

Xiao-i Robot menggunakan keputusan terakhir ini sebagai bahan bakar untuk memperbarui klaim pelanggaran paten aslinya. Perusahaan, yang berspesialisasi dalam pemrosesan bahasa alami, mengatakan pihaknya telah mengajukan gugatan resmi ke Pengadilan Tinggi Shanghai.

Diketahui, Apple memang telah lama berusaha merayu pasar China, yang terbesar kedua setelah AS, bahkan mereka pun telah membuat kompromi yang bahkan tidak akan dipertimbangkan untuk dilakukan di negara lain.

Namun, mengingat ketegangan antara pemerintah AS dan China, perusahaan yang berbasis di Cupertino itu mungkin merasa seperti sia-sia. Karena hal itu tidak membantu bahwa Apple terus dibombardir dengan tuntutan hukum seperti urusan hak paten.