Bagikan:

JAKARTA - Peraturan baru China kini kembali mengusik perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Yahoo yang dilaporkan telah menarik diri dari negara tersebut.

Keputusan Yahoo ini tak berselang lama dari LinkedIn dan Fortnite yang memutuskan untuk meninggalkan China. Hal ini diketahui karena pengetatan kontrol Beijing atas industri internet.

"Sebagai pengakuan atas lingkungan bisnis dan hukum yang semakin menantang di China, rangkaian layanan Yahoo tidak akan lagi dapat diakses dari daratan China mulai 1 November," ungkap Yahoo.

Penutupan layanan Yahoo bertepatan dengan penerapan undang-undang perlindungan data baru di China, yang mulai berlaku kemarin. Undang-undang itu, yang dibuat bertahun-tahun, diklaim serupa dengan GDPR yang ketat di Eropa.

Mengutip The Guardian, Rabu, 3 Oktober, Undang-undang membatasi perusahaan yang mengumpulkan informasi pribadi dan menetapkan aturan tentang cara penggunaannya. Undang-undang China juga menetapkan bahwa perusahaan yang beroperasi di negara itu harus menyerahkan data jika diminta oleh pihak berwenang.

Permintaan ini tentu saja menyulitkan perusahaan internasional untuk beroperasi di China karena mereka mungkin menghadapi tekanan di dalam negeri karena menyerah pada tuntutan Beijing.

Namun penutupan layanan ini bukan secara tiba-tiba, pengguna Yahoo di China telah diberitahu lebih dahulu bahwa layanan perusahaan tidak lagi dapat diakses. Produk yang terpengaruh termasuk Aol.com dan outlet berita seperti TechCrunch. Pengguna aplikasi seperti Yahoo Weather juga telah diberitahu pada bulan Oktober bahwa layanan itu akan dihentikan bulan ini.

Ketika peraturan terhadap perusahaan teknologi asing semakin ketat dan persaingan domestik tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, Yahoo mulai mengurangi operasinya di China. Pada 2015, ia menutup kantornya di Beijing.

Yahoo memasuki China pada tahun 1998 dan pada tahun 2012 mencapai kesepakatan dengan Alibaba Group untuk menjual sahamnya di raksasa e-commerce. Kesepakatan itu juga membuat Alibaba mendapatkan hak untuk mengoperasikan Yahoo China di bawah merek Yahoo hingga empat tahun.

Sebagai informasi, Yahoo sejatinya memiliki kontroversi yang kuat. Pada tahun 2007, perusahaan itu dikritik oleh anggota parlemen di AS setelah menyerahkan data tentang dua pembangkang China kepada pihak berwenang, yang akhirnya menyebabkan mereka dipenjara.

Sebagai gantinya, China menciptakan internet alternatif dengan raksasa digitalnya sendiri. Mesin pencari Baidu sebagian besar telah menggantikan Yahoo dan Google di China, serta WeChat dan Weibo adalah platform media sosial terkemuka di sana.