Bagikan:

JAKARTA - Tesla saat ini sedang menghadapi masalah serius terkait perangkat lunak Autopilot mereka yang dilaporkan menjadi penyebab lebih banyak kematian dan cedera daripada yang diketahui sebelumnya. Temuan ini hasil investigasi secara khusus oleh Washington Post dan laporannya dipublikasikan pada 10 Juni lalu.

Menurut data dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) yang dianalisis oleh Washington Post, dan dikutip dari Caranddriver, 13 Juni, dari data NHTSA menunjukkan bahwa lebih banyak orang yang terluka dan tewas sejak Tesla memperluas penggunaan teknologi Full Self-Driving-nya.

Dari data NHTSA yang dianalisis oleh Washington Post menemukan Autopilot terlibat dalam 736 kecelakaan sejak tahun 2019, termasuk penyebab 17 kematian.

Meskipun secara resmi, Tesla menggambarkan Autopilot sebagai sistem otomasi mengemudi Level 2 SAE yang dirancang untuk mendukung dan membantu pengemudi dalam menjalankan tugas mengemudi, namun angka-angka baru ini menunjukkan bahwa pengemudi Tesla memperlakukannya sebagai teknologi mengemudi otonom, yang terkadang berakhir dengan tragedi.

Menteri Transportasi Amerika Serikat Pete Buttigieg baru-baru ini menyatakan dalam wawancara dengan Associated Press bahwa ia menganggap nama Autopilot tersebut menyesatkan.

"Saya tidak berpikir bahwa sesuatu harus disebut, misalnya, Autopilot, ketika tulisan kecilnya mengatakan Anda harus tetap meletakkan tangan Anda di kemudi dan mata Anda juga harus memperhatikan jalan setiap saat," katanya dengan ketus.

Terakhir kali NHTSA merilis informasi tentang kematian yang terkait dengan Autopilot, pada Juni 2022, hanya ada tiga kematian yang terkait dengan teknologi tersebut. Kurang dari setahun kemudian, angka-angka terbaru menunjukkan 17 kematian, dengan 11 di antaranya terjadi sejak Mei 2022.

Washington Post juga mencatat bahwa peningkatan jumlah kecelakaan terjadi bersamaan dengan ekspansi cepat perangkat lunak "Full Self-Driving" Tesla dari sekitar 12.000 kendaraan menjadi hampir 400.000 dalam waktu sekitar satu tahun. Peningkatan tersebut dilaporkan dalam Laporan Triwulanan Kuartal Keempat Tesla tahun 2022, di mana Tesla menyebutnya sebagai "tonggak penting bagi perusahaan".

Atas temuan ini, 830.000 unit mobil Tesla Y, Model X, Model S, dan Model 3 tahun 2014–2022 dalam investigasi. NHTSA telah mengumpulkan data terperinci tentang kecelakaan yang melibatkan teknologi bantuan pengemudi sejak tahun 2021. Hampir semua dari 807 kecelakaan terkait otomatisasi dalam kumpulan data ini melibatkan kendaraan Tesla. Dan Subaru berada di posisi kedua dengan 23 kecelakaan.

NHTSA juga kembali mengingatkan publik bahwa semua sistem bantuan pengemudi canggih membutuhkan manusia untuk mengendalikan dan terlibat sepenuhnya dalam tugas mengemudi mereka.