Bagikan:

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Dimulai pada hari pertama bulan purnama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15. Tahun 2023 ini Tahun Baru Imlek jatuh pada 22 Januari.

Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Teddy Sugianto mengatakan, Imlek merupakan kebudayaan yang sudah ada dan dirayakan sejak ribuan tahun. Di China momen Imlek, seperti juga Hari Raya Idul Fitri, digunakan untuk bertemu dengan orang tua.

Semua anak-anak yang merantau pulang. Mereka berkumpul di rumah orang tua dan makan bersama di malam Imlek. Keesokan harinya sembahyang. Orang tua mendoakan anak-anak dan cucunya. Lalu orang tua atau yang sudah bekerja memberi angpao untuk anak-anak. Kalau kakak yang sudah kerja memberi adik-adiknya angpao. Semua bergembira. Harapannya di tahun yang baru akan makin sejahtera. Yang berbisnis makin sukses.

Di Indonesia sendiri peringatan Imlek dirayakan secara luas terjadi di era zaman pemerintahan Gus Dur. Sebelumnya perayaan Imlek di Indonesia sempat dilarang dirayakan di muka umum.

Pelarangan itu dikeluarkan atas Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967. Larangan itu berakhir pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dengan mencabut Inpres Nomor 14 tahun 1967 tersebut.

Di masa Presiden Megawati Sukarnoputri, keputusan Gus Dur tersebut ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional.

Akulturasi

Sebuah keputusan yang patut diapresiasi. Karena sebenarnya jejak pengaruh akulturasi Tionghoa di tanah air sudah terjadi sejak lama dan terlihat signifikan. Paling tidak pengaruhnya bisa dilihat dari sisi kuliner. Mulai dari baso, tahu, siomai, pempek, capcai dan lainnya. Atau malah batik dan juga untuk beberapa daerah tradisi dalam melangsungkan pernikahan ada yang terpengaruh.

Artinya semua sudah menyatu. Jejaknya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Menjadi bagian dari kekayaan budaya di tanah air.

Mungkin, di era orde baru, keturunan Tionghoa lebih banyak menekuni dunia usaha. Jarang yang terjun ke dunia politik. Atau menjadi pegawai negeri dan TNI - Polri. Kalau pun ada, masih bisa dihitung dengan jari. Tapi kini, sangat banyak. Beberapa kepala daerah pun berdarah Tionghoa. Sudah tidak ada batas. Sama seperti juga keturunan Arab atau Belanda. Semua punya kesempatan yang sama.

Rasanya sudah tidak relevan lagi jika masih ada yang memberi sekat. Barongsai pun kini menjadi bagian dari tradisi yang bisa ditonton secara terbuka. Menjadi bagian dari kekayaan budaya di tanah air.

Jadi, ketimbang mempersoalkan sekat, ayo, kita jelajahi lidah dengan kuliner khas Imlek. Manjakan mata dengan warna warni lampion dan permainan barongsai.

Dan, di tengah ancaman ekonomi dunia yang suram, di tahun kelinci air ini, semua bisa lincah menyambut rezeki. Gong Xi Fa Cai.