Bagikan:

JAKARTA - Pagebluk COVID-19 memberikan dampak luar biasa di berbagai sektor, tak terkecuali olahraga. Sejumlah kompetisi harus terhenti demi menjaga keselamatan pemain dan juga fans.

Akibatnya, klub merugi. Tak ada pemasukan dari tiket penonton, sedangkan dana dari sponsor juga tersendat. Manajemen klub dipaksa putar otak demi tetap bertahan hidup.

Klub Indonesian Basketball League (IBL), Louvre Surabaya menjadi salah satu yang mampu bertahan meski kompetisi sementara dihentikan. Kedekatan dengan fans menjadi kunci klub tetap mendapat pemasukan.

Kesuksesan Louvre Surabaya membangun brand membuat mereka terkoneksi kuat dengan fans. Hasilnya, pemasukan mengalir dari hasil penjualan merchandise klub yang tentunya dibeli para penggemar. 

Jersey Louvre Surabaya yang harganya lebih mahal ketimbang klub IBL lain, tetap laku di pasaran. Ini membuktikan klub memiliki fans yang sejati. 

"Kami membuat reality show yang melibatkan emosi penonton. Kami buat se-intimate mungkin dengan fans. Hasilnya ya sekarang, ketika pagebluk," ujar sang pemilik, Erick Herlangga, dalam situs resmi IBL.

Dia kemudian mengungkapkan, fans Louvre tak hanya berasal dari Surabaya. Manajemen berhasil mengembangkan sayap di sejumlah daerah untuk menciptakan basis fans yang kuat.

Salah satu caranya adalah dengan membuka diri untuk sekola di kota lain, seperti Yoygyakarta dan Bandung. Erick mengakui, antusiasme publik terbilang sangat besar.

"Ada 300 orang datang untuk latihan bersama," tutur Erick.

Sayangnya, Louvre Surabaya harus mendapat cobaan tambahan. Pagebluk COVID-19 membuat sponsor apparel klub, MBB, terpaksa tutup. Kini, manajemen Louvre Surabaya tengah berupaya untuk mencari sponsor pengganti.