Bagikan:

JAKARTA - Kompetisi Indonesian Basketball League (IBL) kembali bergulir 4 September mendatang. Namun, keseruan IBL diyakini tak akan lagi sama seperti sebelumnya.

Pasalnya, operator IBL berserta klub sepakat untuk menerapkan regulasi tanpa pemain asing. Faktor keselamatan pemain menjadi dasar utama diterapkannya regulasi ini.

Prosedur yang dilalui terbilang panjang dan memberatkan, termasuk masa karantina selama 14 hari. Belum lagi perjalanan lintas negara yang harus dilakukan pemain asing membuat mereka berpotensi tertular COVID-19.

Salah satu klub yang mendukung adalah Amartha HangTuah. Manajemen klub sepakat dengan pernyataan IBL yang menyebut faktor keamanan menjadi bahan pertimbangan. Selain itu, klub juga bisa menghemat biaya pengeluaran.

"Dalam kondisi sulit seperti ini, mendatangkan pemain asing cukup besar biayanya dan pasti memberatkan klub,"

Manajer HangTuah, Ferri Jufry
 

Tak bisa dipungkiri, kehadiran pemain asing jadi daya tarik di IBL. Aksi-aksi ciamik kerap mereka pertunjukkan demi menghibur penonton. Pihak klub juga terbantu dengan hadirnya para pemain asing.

Tentunya, regulasi tanpa pemain asing ini memunculkan untung rugi buat klub dan pemain lokal. Dengan tak adanya pemain asing, kesempatan pemain lokal untuk unjuk gigi lebih terbuka.

Posisi yang selama ini lebih banyak diisi pemain asing, tentunya akan diberikan kepada pemain lokal. Hasilnya, jam bermain pemain lokal jadi lebih bertambah.

Kerugiannya tentu kekompakan tim menjadi terganggu. Pelatih harus memoles kekompakan tim dengan komposisi pemain lokal. Bukan sulit, tetapi tentunya butuh waktu.

Apakah bakal tetap seru? Semua baru bisa terjawab saat IBL dimulai 4 September yang rencananya digelar Jakarta atau Yogyakarta. Namun, pencinta IBL menyakini kompetisi bakal tetap seru. 

"Pasti akan tetap seru, kan sudah kelihatan pas Piala Presiden lalu," ujar Andika Putra, salah satu penikmat kompetisi IBL.