JAKARTA - AC Milan kehilangan kesempatan meraih trofi setelah tersingkir di Coppa Italia. Penalti kontroversial Atalanta yang menyingkirkan Milan menjadikan pelatih Stefano Pioli dalam situasi kritis.
Tekanan terhadap Pioli kian berat setelah Milan tersingkir di Coppa Italia. Kegagalan ini menjadikan Milan kian sulit meraih trofi.
Pasalnya Rossoneri sudah gagal di Liga Champions dan kini bertarung di Liga Europa. Peluang di kompetisi kasta kedua Eropa pun tak mudah karena ada tim-tim kuat seperti Liverpool dan Bayer Leverkusen.
Bagaimana di kompetisi Serie A Italia? Meski menduduki peringkat tiga, namun Milan sudah tertinggal sembilan poin dengan rival satu kota, Inter Milan, yang bertengger di puncak klasemen.
Saat ini, Inter memiliki poin 49 dan telah mengukuhkan sebagai juara paruh musim atau Winter Champions. Disusul Juventus yang tertinggal dua poin.
Sementara, Milan yang mengantungi poin 39 harus berjuang menggeser Juve sebelum mengincar Inter.
Langkah berat Milan bila ingin bersaing memperebutkan Scudetto. Peluang belum tertutup karena paruh kedua kompetisi masih cukup panjang.
Meski berusaha konsisten, namun harapan Milan memburu Inter jelas bukan pekerjaan gampang. Pasalnya, Rossoneri bersaing dengan tim rival yang tidak kalah konsisten.
Milan sesungguhnya berharap bisa memenangi Coppa Italia. Paling tidak, klub ingin menutup kompetisi dengan mengangkat trofi.
Namun asa itu pupus setelah kalah 2-1 lawan Atalanta dalam laga di kandang sendiri di Stadion San Siro, Kamis, 11 Januari dini hari WIB.
Dalam duel itu, Milan unggul lebih dulu melalui Rafael Leao. Namun Atalanta mampu mengejar ketinggalan dan membalikan keadaan lewat dua gol Teun Koopmeiners.
Persoalannya, gol kedua dari titik penalti yang menjadi kontroversial. Wasit Marco Di Bello memberikan penalti karena gelandang Alex Jimenez dinilai menjatuhkan Aleksei Miranchuk di kotak terlarang.
Namun sesungguhnya Jimenez sesungguhnya sudah lebih dulu mengambil bola dan kemudian Miranchuk malah terlihat diving. Namun VAR malah mendukung keputusan wasit bahwa Jimenez menjatuhkan Miranchuk.
Kontroversi berikutnya, lagi-lagi, menyangkut Miranchuk. Kali ini, dia mnyentuh bola di kotak penalti.
Namun wasit membiarkan insiden itu meski terlihat jelas tangan Miranchuk mengenai bola. Tidak ada penalti dan Milan harus tersingkir.
"Kami bermain bagus di babak pertama dan layak unggul. Sayangnya pertahanan kami seharusnya bisa lebih baik. Tetapi lawan bisa mencetak gol sehingga skor imbang. Pertandingan berubah total karena penalti yang seharusnya tidak ada," ucap Pioli yang kecewa dengan penalti Atalanta.
"VAR tetap bisa memunculkan perdebatan. Itu seharusnya tidak penalti karena pemain kami sudah mengambil bola lebih dulu. Pemain Atalanta justru menjatuhkan diri, bahkan sebelum terjadi kontak," ujarnya.
"Setelah penalti itu, kami sudah kehilangan fokus. Kami juga kehilangan kontrol atas pertandingan," kata Pioli lagi.
Pioli jelas menyesali dan kecewa dengan penalti tersebut. Apalagi, penalti itu menjadi penentu pertandingan. Posisi Pioli pun kian kritis dan ancaman pemecatan pun menguat.
Bahkan suporter sendiri mencemooh Milan usai pertandingan. Suporter sudah kehilangan kepercayaan terhadap Pioli yang sesungguhnya pernah membawa Milan meraih Scudetto setelah lama puasa gelar juara Serie A Italia.
BACA JUGA:
Namun suporter merasa pencapaian Milan bersama Pioli masih belum cukup. Begitu pula klub yang menghendaki Pioli bisa membawa tim meraih trofi setiap musim.
CEO klub Giorgio Furlani menuturkan bila pencapaian tim musim ini sungguh mengecewakan. Pernyataan Furlani menjadi sinyal bila proses yang dijalankan Pioli dinilai gagal.
"Ini sungguh mengecewakan. Kami ingin bertahan di semua kompetisi, bila memungkinkan. Bahkan kami berharap meraih hasil lebih baik di Serie A," kata Furlani kepada Sky Sports Italia.
"Meski demikian, kami tetap fokus dan berharap meraih hasil lebih baik," ucapnya.