JAKARTA - Polemik naturalisasi tak ada habisnya. Beragam pertanyaan muncul dari program naturalisasi yang mengerucut kepada mereduksi atau memotivasi talenta lokal?
Sebelumnya muncul pertanyaan di mana peran pembinaan dan kompetisi lokal. Lalu, muncul tanda tanya terkait key performance indicator (KPI) dan target pemain naturalisasi yang selama ini tak ada.
Ternyata, polemik naturalisasi tak berhenti di situ. Pertanyaan lain mencuat terkait di mana peran Direktur Teknik (Dirtek) dan Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI mengingat naturalisasi malah kian gencar. Sementara pembenahan pembinaan serta kompetisi tenggelam.
Hal itu diungkapkan pengamat sepak bola, Tommy Welly dalam acara Diskusi Turun Minum beberapa waktu lalu.
Towel, sapaan akrab Tommy Welly, memang tak terlalu mendebat persoalan naturalisasi atau pewarganegaraan karena menjadi hak setiap orang. Banyak pintu masuk untuk menjadi WNI menurut peraturan perundang-undangan.
Hanya saja, masifnya naturalisasi harus dibarengi dengan pembinaan yang baik plus pembenahan kompetisi lokal.
Dirtek PSSI seharusnya punya peran penting soal pembinaan, tapi hingga kini tidak ada gaungnya.
Menurut Towel, Indra Sjafri selaku Dirtek PSSI tidak bekerja dengan maksimal untuk menyiapkan masa depan sepak bola Indonesia. Pelatih Indonesia U-20 malah lebih banyak mengurus persoalan tim nasional.
BACA JUGA:
"Yang di atas (piramida sepak bola) adalah tim nasional. Jadi, tim nasional tidak pernah jadi faktor sendiri. Padahal, tim nasional itu bagian dari proses ini (pembinaan)," kata Towel.
"Dirtek yang saat ini jarang sekali berbicara tentang pembinaan pemain muda. Naturalisasi hanya satu bagian atau faktor dari tim nasional. Dengan kondisi sekarang, beberapa yang dinaturalisasi?” ucapnya.
"Kalau komunkasi dari federasi bicara tentang naturalisasi, yang lain tidak dibicarakan, misalnya development (pembinaan). Dirtek sibuk kurusus saja, tapi pekerjaan sebagai Dirtek kita tidak tahu."
"Maka akhirnya, publik menduga jangan-jangan naturalisasi dijadikan pengalihan isu dari kompetisi yang klubnya masih menunggak gaji atau kerusuhan wasit," tutur Tommy.
Lebih lanjut, Tommy menegaskan bahwa menjadikan naturalisasi sebagai mercusuar, tapi melupakan pondasi (pembinaan) maka tidak akan menjadi apa-apa.
Sementara itu, dia juga menyasar Exco PSSI yang seharusnya berperan untuk pengendali keputusan naturalisasi. Kinerja Exco PSSI dalam pengambilan keputusan soal persetujuan naturalisasi juga menjadi tanda tanya.
Padahal, Exco PSSI juga punya peran dalam mendorong pembinaan serta kompetisi lebih baik sembari menyaring proses naturalisasi.
"PSSI bisa naturalisasi 15 sampai 18 pemain sekaligus. Exco PSSI bisa putuskan 11 starter pemain naturalisasi semua. Namun, pada saat bersamaan akan datang pertanyaan di mana posisi kompetisi kita?"
"Yang punya kewenangan adalah Exco PSSI. Dalam eksekusinya, kewenangan ini dilakukan oleh badan tim nasional (BTN). BTN apakah fungsinya sudah jadi tim teknis untuk tim nasional? Menurut saya belum."
"Keputusan berapa yang dinaturalisasi itu harusnya digodok dulu oleh BTN lalu disodorkan ke Exco PSSI," ujar Tommy Welly.
Bahkan, semakin hari polemik naturalisasi ini menjadi tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab. Soalnya, federasi kerap memunculkan narasi bahwa naturalisasi merupakan kebutuhan pelatih Shin Tae-yong.
Beberapa wacana malah menyebut Shin Tae-yong sendiri yang meminta serta memilih pemain untuk dinaturalisasi. Dengan kata lain, sang pelatih dikedepankan menjadi "bantalan".
Hal itu jelas bak lempar batu sembunyi tangan. Federasi paham benar Shin Tae-yong sedang menjadi kesayangan publik. Jadi, setiap keputusannya selalu melahirkan dukungan dari pencinta sepak bola Tanah Air.
Skema tersebut tampaknya sudah mulai terbaca oleh pencinta sepak bola Indonesia, khususnya Presidium Nasional Suporter Sepak Bola Indonesia (PNSSI).
"STY dalam ruang suporter ada plus-minusnya. Terutama kontroversi ini (naturalisasi). Apakah memang kebijakan dia sendiri terkait beberapa nama yang didorong untuk naturalisasi atau ada pihak lain yang mendorongnya."
"Itu yang belum diketahui. Selama ini 'kan keputusan ada di Exco PSSI. Nah, apakah hasil rapat Exco PSSI yang kemudian 'digiring' ke STY atau dia punya tim sendiri?"
"Makanya, jangan sampai yang diminta STY, nama-nama ini tidak baik, misalkan permainan kurang bagus, attitude-nya di dalam dan luar lapangan. Ini preseden buruk dari naturalisasi."
"Begini, Dirtek PSSI ini punya peran penting untuk mendorong STY. Apa yang direkomendasi untuk dinaturalisasi di situ (Dirtek). Makanya, jangan sampai keputusan hanya di STY saja," tutur Richard Achamad, Sekjen PNSSI.
Banyak pro dan kontra yang hadir dalam proyek naturalisasi. VOI akan membahas dari berbagai sisi terkait polemik naturalisasi ini.