Bagikan:

JAKARTA - Proyek naturalisasi masih menjadi pilihan meski kepengursan PSSI telah berganti dari Mochammad Iriawan ke Erick Thohir pada Februari 2023.

Berbalut frasa akselerasi kualitas untuk Timnas Indonesia, naturalisasi bak jadi program utama. Sederet nama resmi berpaspor Indonesia tahun ini, seperti Justin Hubner, Rafael Struick, dan Ivar Jenner.

Dua nama lain sebentar lagi menyusul jadi WNI dengan proses kilat, yaitu Jay Idzes dan Nathan Tjoe-A-Oen. Ragnar Oratmangoen dan Maarten Paes menjadi bidikan berikut.

Gencarnya naturalisasi yang seakan menjadi 'anak emas' membuat sektor lain menjadi tanda tanya. Bagaimana soal pembinaan? Apakah naturalisasi efektif menjadi 'jalan pintas'?

Pengamat sepak bola Tanah Air, Tommy Welly, pada tulisan VOI sebelumnya soal polemik naturalisasi menunjuk PSS harus bertanggung jawab soal pembenahan dalam pembinaan.

Pembinaan yang baik harusnya menjadi program utama supaya Timnas Indonesia punya banyak pilihan pemain berkualitas.

Berikutnya, Towel, sapaan Tommy Welly, menyasar efektivitas naturalisasi demi meng-upgrade kualitas Timnas Indonesia agar punya daya saing di level yang lebih tinggi.

Nyatanya, Tommy melihat arahnya malah mendikotomikan pemain lokal dan naturalisasi terkait kemampuan atau kualitas.

Performa Timnas Indonesia dengan diperkuat pemain naturalisasi sejauh ini juga belum menunjukkan peningkatan signifikan. 

"Saya ingin pelatih Timnas Indonesia itu lebih wise supaya tidak ada dikotomi lokal atau naturalisasi. Saya mau menempatkan semuanya di posisi yang proporsional dan objektif."

"Sebelum melawan irak (Kualifikasi Piala Dunia 2026) pada November 2023, Shin Tae-yong diwawancarai media Korea Selatan. Dia bilang dengan naturalisasi, Timnas Indonesia menakutkan. Hasilnya kalah 1-5 (vs Irak)."

"Sebelumnya gembar-gembor di dunia maya bahwa kita sudah level Asia, buktikan kalau begitu.

Dia bilang pemain naturalisasi membuat Timnas Indonesia menakutkan. Pemain lokal punya kelemahan mental takut kalah."

"Kenapa kekurangan itu tidak dibenahi selama empat tahun melatih. Kita orang awam tahu itu. Apa benar semua pemain lokal kita mentalnya buruk? Apa benar pemain lokal kita tidak bisa passing? Belum tentu. Saya tidak percaya mereka semua tidak bisa passing."

"Terakhir, waktu proses Justin Hubner, Sekjen PSSI di depan DPR RI Komisi III dan X, dia bilang alasan STY meminta pemain naturalisasi supaya Timnas Indonesia bisa bersaing karena sekarang pemain domestik kita tidak bisa bersaing," tutur Tommy.

Anggapan soal pemain naturalisasi lebih baik dari lokal jelas masih mengawang. Tommy Welly menyebut kegagalan Timnas Indonesia sejatinya dipengaruhi banyak faktor, seperti dia mencontohkan pernyataan Luis Milla, pelatih sebelum Shin Tae-yong.

"Baru kali ini saya denger pelatih Timnas Indonesia bicara begitu. Luis Milla tidak pernah bicara pemain Timnas Indonesia jelek."

"Ketika ditanya masalah sepak bola kita, dia sebut kepelatihan, infrastruktur, dan kompetisi. Dia tidak pernah bilang pemain kita tidak siap di level Asia. Saya tidak pernah dapat pernyataan pelatih sebelumnya yang mendikotomikan pemain lokal dan naturalisasi," kata Towel.

Tak heran, Towel meminta pertanggungjawaban dan pembuktian yang jelas dari program naturalisasi. Dia menyoroti hasil guna naturalisasi pada proyek-proyek naturalisasi sebelumnya yang tidak efektif untuk peningkatan Timnas Indonesia maupun soal transfer knowledge yang sering digembar-gemborkan.

Towel menegaskan perlunya key performance indicator (KPI) serta target yang jelas biar menjadi ukuran yang bisa dilihat banyak orang terkait sukses atau tidaknya naturalisasi.

"Sekarang buat apa kita hanya mendengar alasan-alasan sementara dia (Shin Tae-yong) tidak konkret target juara yang PSSI minta."

"Padahal, permintaannya untuk naturalisasi sudah dikasih. Kalau program naturalisasi sudah dikasih lalu KPI-nya apa? Lawan Irak kebobolan lima gol, lawan Filipina 1-1. Kalau dia fair, minta maaf. Itu fair. Ada kesalahan atau error."

"Dia sendiri yang bicara kalau kita sudah level Asia, bukan level AFF. Jadi, fair kalau kita minta pertanggungjawabannya," ujar Towel di acara Diskusi Turun Minum.

Tommy Welly lebih lanjut tak bosan menyasar KPI dan target terukur. Jika mau gencar melakukan naturalisasi silakan saja asal ada perhitungan jelas soal keberhasilan atau tidaknya.

Soalnya, naturalisasi atau pewarganegaraan menjadi hak setiap orang dengan banyak pintu masuk. Hanya, persoalan naturalisasi di Timnas Indonesia ini jangan sampai seperti yang sudah-sudah.

Gencar melakukan naturalisasi, tapi akhirnya sia-sia karena tidak ada dampak signifikan yang diberikan dari pemain-pemain tersebut.

Selain itu, perlunya punya perhatian yang lebih besar kepada pembinaan dan kompetisi agar tak melulu naturalisasi dijadikan jalan pintas.

“Objektifnya sekarang apa? Dia (Shin Tae-yong) sudah dikasih naturalisasi, apa kontribusi baliknya? Target (pelatih) di Piala Asia 2023  adalah 16 besar, kalau tidak berhasil apa lagi? Tidak ada pelatih yang dianggap dewa di negeri mana pun. Kita bicara tentang objektifnya,” lanjut Bung Towel.

“Saya mau sepak bola negeri ini berjalan di koridor yang benar. Bukan pertimbangan atau dukungan netizen.”

“Belum lagi pertanyaan tadi terkait peran kompetisi kita. Kita mau ambil jalan pintas. Ini policy (kebijakan) atau akselerasi. Kalau soal jalan pintas berarti sementara. Makanya, tolak ukurnya berhasil atau tidak?” kata Tommy Welly.

Sementara itu, Presidium Nasional Suporter Sepak Bola Indonesia (PNSSI) menyebut program naturalisasi juga belum punya dampak yang bisa dibanggakan.

Richard Achmad, Sekjen PNSSI, senada dengan Tommy Welly bahwa naturalisasi harus diimbangi target terukur jika ide besarnya akselerasi peningkatan kualitas Timnas Indonesia. 

"Kalau kita berkaca dari kekelahan 1-5 (melawan Irak), jadi tanda tanya besar. Pilihan STY ini memang benar-benar pilihan atau memang 'tren lama'."

"Saya dulu menolak naturalisasi karena kita tahu mereka yang dinaturalisasi enggak bagus-bagus juga. Kalau bicara standarisasi, masih bagus pemain lokal. Artinya, yang sekarang dinaturalisasi dan nama yang diusulkan, publik tahu 'kan, tapi terkadang belum langsung tune in."

"Harus penyesuaian cuaca, bahasa, dan komunikasi lapangan misalnya, ini jadi masalah. Kalau ditanya STY mampu atau tidak ke 16 besar (Piala Asia 2023), masih tanda tanya," tutur Richard.

Naturalisasi menjadi program penuh pro dan kontra. VOI membahas polemik naturalisasi ini dari berbagai sudut pandang.