JAKARTA - Hubungan pelatih tim nasional Indonesia, Shin Tae-yong, dengan Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, memanas. Keduanya saling lempar kritik.
Berawal dari pernyataan Shin ke media Korea Selatan. Dia mempertanyakan keputusan PSSI yang mengangkat Indra Sjafri sebagai dirtek setelah meninggalkan tugasnya sebagai asisten pelatih timnas Indonesia.
Sentilan itu ditanggapi Indra Sjafri. Lewat situs resmi PSSI, dia menyampaikan klarifikasi. Bahkan, dia juga balik mengkritik pria asal Korea Selatan itu.
Indra Sjafri menilai komentar itu memperlihatkan Shin Tae-yong tak percaya diri lagi membawa timnas Indonesia juara. Dia juga menyebut Shin tak punya sikap yang profesional.
Mantan anggota Komite Eksekutif PSSI, Toni Apriliani, mengomentari pernyataan Indra Sjafri. Dia menyebut, itu sebagai komentar dari seorang selebritis.
"Karena secara kasat mata, walaupun saya tidak kenal dengan STY, tapi dari perjalanannya di sepak bola internasional sudah punya prestasi yang baik untuk negaranya bermain di Piala Dunia," kata Toni kepada VOI.
BACA JUGA:
Pria yang juga Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Barat itu kemudian membandingkan Indra Sjafri dengan mantan pelatih timnas Korea Selatan itu. Toni meminta Indra Sjafri untuk mengikuti jejak Dirtek PSSI sebelumnya, Danurwindo. Di mata Toni, Danurwindo sedikit bicara tapi banyak bekerja.
Meski demikian, Toni mengakui Indra Sjafri secara teknis berhasil mengangkat prestasi timnas Indonesia di kelompok umur. Namun, ada catatan yang harus diperhatikan.
"Waktu saya menjabat Exco PSSI, Indra Safri jadi pelatih timnas Indonesia U-19 secara teknis berhasil membuat timnas muda menjadi garang. Namun, setelah itu Indra lupa,"
"Dia banyak hadir di acara-acara daerah untuk seminar, simposium dan lain-lain seolah-olah sudah menjadi selebritis, tapi tugas utamanya ditinggal," tambahnya.
Sebelumnya, pengamat sepak bola Indonesia, Tommy Welly menyebut komentar Indra Sjafri terhadap Shin Tae-yong tak etis untuk disampaikan. Menurutnya, mantan pelatih Bali United itu seolah memuat narasi yang tak mencerdaskan publik sepak bola.
Dia menilai, PSSI seharusnya mampu menyelesaikan konflik internal secara baik-baik. Ini dinilai bisa jadi bumerang karena bakal mencuri perhatian internasional.