JAKARTA - Ahli waris dari Diego Maradona yang meninggal tiga tahun lalu pada Selasa, 7 November memenangkan pertarungan mereka untuk menggunakan nama bintang sepak bola Argentina tersebut setelah pengadilan tertinggi Eropa memutuskan perusahaan Argentina, Sattvica, yang juga milik mantan pengacaranya tidak berhak atas merek dagang tersebut.
Maradona mengamankan merek dagang Uni Eropa untuk namanya untuk pakaian, alas kaki, layanan perhotelan, dan layanan TI pada tahun 2008.
Setelah kematiannya pada tahun 2020, Sattvica meminta kantor paten UE EUIPO untuk mentransfer merek dagang ke perusahaan berdasarkan dokumen tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Maradona. Dokumen ini kabarnya memberi izin kepada Sattvica untuk penggunaan komersial merek dagang tersebut dan perjanjian lain yang tidak bertanggal.
Pewaris Maradona kemudian meminta EUIPO untuk mencabut transfer yang terdaftar dalam catatannya.
Badan paten UE dalam keputusan tahun lalu mengatakan Sattvica belum mengajukan dokumen yang mengkonfirmasi transfer merek dagang ke perusahaan. Sattvica kemudian membawa kasusnya ke Pengadilan Umum di Luksemburg, yang merupakan pengadilan tertinggi kedua di Eropa.
BACA JUGA:
"Dokumen-dokumen yang diproduksi oleh perusahaan tersebut tidak secara resmi membenarkan penyerahan merek dagang tersebut ke pihak mereka berdasarkan kontrak yang ditandatangani antara kedua belah pihak (Sattvica dan Maradona)," kata para hakim, dikutip VOI dari Reuters.
"Selain itu, karena Maradona telah meninggal sebelum permintaan registrasi transfer diajukan, Sattvica tidak dapat memperbaiki ketidakberesan yang ditemukan. Juga tidak dapat menghasilkan dokumen lain," kata mereka.
Sattvica dapat mengajukan banding ke Mahkamah Kehakiman UE, pengadilan tertinggi Eropa.
Maradona naik ke puncak kemasyhuran dari permukiman kumuh Buenos Aires untuk memimpin Argentina meraih kemenangan Piala Dunia 1986. Ia mendapatkan status ikonik seperti sesama orang Argentina, Che Guevara, dan Evita Peron.