Bagikan:

JAKARTA- Kehadiran Shin Tae Yong dirasa masih amat diperlukan untuk Timnas Indonesia. Sekali pun kalah saat membawa Garuda Merah Putih melawan Argentina dalam laga uji coba resmi di SUGBK, Jakarta, Senin 19 Juni, sentuhan magis pelatih asal Korea Selatan itu masih diperlukan.

Setidaknya itu pendapat yang muncul dari Charis Yulianto. Asisten pelatih Timnas senior yang menjadi anak buah itu mengakui perbedaan besar antara STY dan pelatih lokal Indonesia.

“Bukan soal profesionalisnya, karena saya yakin semua pelatih Timnas pasti profesional. Namun yang membedakan dia dengan yang lain adalah bagaimana dia mengubah mental, dan cara pandang pemain dalam sebuah tim dan aplikasi di pertandingan,” kata mantan Kapten Timnas era 200an awal itu.

Charis yang pernah menjadi stoper andal timnas di Piala AFF menyebut STY bukan hanya disiplin dalam menangani tim. Namun tahu cara bagaimana mengelola sebuah tim. Asisten pelatih Timnas saat ini saja ada 12 orang. Sesuatu yang mungkin jarang terjadi saat Charis dulu masih merumput dengan seragam merah putih.

“STY ini memberdayakan semua asisten dengan baik. Saya di sini tak Cuma melihat bagaimana dia melatih, dan mencoba menerapkan kelak,” ujar mantan pemain Arema Malang itu.

Dalam membawa permainan (reading the game) diakui Charis, STY jauh lebih baik dan lebih teliti dibandingkan pelatih-pelatih yang selama ini pernah menangani semasa jadi pemain, atas saat ia menjadi asistennya.

“STY ini juga membangun fisik pemain dengan baik, lewat fisik yang baik itu mental juga akan terangkat,” ungkap Charis.

Soal gaya melatih ia akui, jika STY berbeda dengan pelatih lain. “Cara pendekatan ke pemain dia berbeda, dan saya juga paham masing-masing pelatih juga memiliki gaya masing-masing,” kata Charis.

Meski saat ini belum ada prestasi menawan yang diberikan STY untuk Indonesia, namun Charis melihat bagaimana fondasi permainan sudah dibangun pelatih asal Korea Selatan itu.

Beda dengan Indra Sjafri yang sudah memberikan gelar emas sepak bola di SEA Games Kamboja lalu, STY prestasi terbaiknya hanya mengantarkan Indonesia untuk keempat kalinya lolos ke putaran Final Piala Asia.