Bagikan:

JAKARTA - Timnas Prancis kalah dari Argentina di final Piala Dunia 2022 Qatar, Minggu, 18 Desember. Hugo Lloris dan kawan kawan harus mengakui keunggulan Argentina lewat adu penalti.

Pelatih Prancis, Didier Deschamps menilai timnya tak bermain baik dalam 60 menit pertama. Hal ini jelas tak bisa dilakukan jika melawan tim sekelas Argentina.

Beruntung, Les Bleus mampu bangkit. Namun sayang, Prancis harus kalah dengan cara yang "kejam", kata Deschamps.

"Kami tidak sebagus dalam 60 menit pertama melawan lawan berkualitas tinggi yang memiliki energi lebih banyak, tetapi kami bangkit entah dari mana dan membalikkan situasi yang sangat sulit. Itu membuat kami semakin menyesal," kata Deschamps.

Kylian Mbappe mencetak dua gol dalam dua menit akhir pertandingan untuk membatalkan keunggulan dua gol Argentina dan memaksakan perpanjangan waktu.

Dia kembali mencetak gol lagi dari penalti untuk melengkapi hattricknya dan kembali menyamakan kedudukan 3-3 setelah Lionel Messi sempat membawa Argentina unggul 3-2.

Randal Kolo Muani hampir mencetak gol pada saat-saat terakhir sebelum Argentina menang 4-2 lewat adua penalti setelah Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni gagal menjalankan tugasnya dalam dua penalti itu.

"Kami berpeluang menjuarai Piala Dunia ini pada menit terakhir, tetapi itu tidak terjadi," kata Deschamps.

"Anda harus mengucapkan 'bravo' kepada mereka. Saya tak mau tak menaruh hormat kepada Argentina tapi ada banyak sekali emosi dan pada akhirnya sungguh kejam mengingat kami sudah begitu dekat (untuk menjadi juara)," lanjutnya.

Deschamps kemudian mengatakan alasan timnya tak tampil bagus di satu jam awal pertandingan. Dia mengatakan virus yang menyerang beberapa pemainnya menjelang final telah membuat mereka tampil buruk.

"Banyak alasan yang menjelaskan mengapa kami tidak sebaik itu. Beberapa pemain penting kekurangan energi. Memasukkan pemain-pemain lebih muda dengan sedikit pengalaman tapi lebih segar dan berkualitas telah menmbuat mimpi kami tetap hidup," ujar Deschamps.

"Tapi sayangnya mimpi itu tidak jadi kenyataan," pungkasnya, seperti dilansir Antara via AFP, Senin, 19 Desember.