Bagikan:

JAKARTA - Tidak ada satu pun pendukung tim sepak bola Inggris yang ditangkap kepolisian saat Piala Dunia 2022 digelar di Qatar. Aturan ketat penjualan alkohol di Timur Tengah dinilai berkontribusi tinggi pada nol penangkapan hooligans Three Lions.

"Sepanjang keterlibatan tim nasional [Inggris] dalam turnamen, tidak ada informasi penangkapan ataupun insiden yang dilaporkan. Semua yang melakukan perjalanan ke Qatar patut mendapat pujian," kata Kepala Kepolisian Cheshire sekaligus Kepala Satuan Kepolisian Khusus Sepak Bola Inggris, Mark Roberts, dikutip dari Mirror, Minggu 18 Desember.

Perkelahian memang kerap mengiringi suporter Inggris saat mendukung negaranya di ajang internasional. Fanatisme mereka terhadap sepak bola memang tak diragukan lagi sejak tahun 70-an akhir. Akibatnya pengamanan ketat kerap mengiringi laga timnas Inggris.

Citra buruk itu terakhir menjadi perhatian publik saat final Pila Euro 2020. Sebanyak 39 suporter ditangkap kepolisian saat Inggris menjamu Italia di Wembley kala itu.

Dalam catatan Home Office, total suporter yang diamankan selama Piala Euro 2020 berjumlah 96 orang. Nyaris semua penangkapan berasal dari enam pertandingan yang melibatkan timnas Inggris.

Ilustrasi. Inggris ketika dibungkam Italia di final Euro 2020. (Instagram @england)

Kilas balik lagi pada Piala Dunia 2018. Rusia yang menjadi tuan rumah disibukkan dengan bentrokan antar suporter, utamanya di bar lokasi bergumulnya fan fanatik negara peserta piala dunia.

Suporter Inggris termasuk yang kerap menjadi sorotan sepanjang turnamen itu. Begitu juga pendukung Rusia, dan Wales --yang merupakan bagian Inggris Raya. Mereka kerap memicu aksi kekerasan sepanjang Piala Dunia Rusia 2018.

Namun beda sekarang dengan dahulu. Mark Roberts mengatakan, sikap positif suporter Inggris kali ini, di Piala Dunia 2022, juga dipicu aparat keamanan yang ditugaskan ke Qatar. Aparat itu sengaja diterbangkan Istana Buckingham untuk menjaga keamanan warga negara Inggris selama empat minggu Piala Dunia 2022.

Dia pun tidak memungkiri gelagat bersahabat suporter Inggris di Qatar akibat aturan ketat mabuk-mabukan. Meski demikian, dia menampik jika perilaku positif suporter Inggris sepenuhnya akibat aturan tersebut.

"Keliru jika mengaitkan sepenuhnya perilaku luar biasa itu dengan pembatasan alkohol di Qatar, namun demikian saya percaya hal itu telah membantu sampai taraf tertentu," ujarnya.

Mark berharap perilaku positif suporter Inggris di Qatar menular di dalam negeri, di pertandingan sisa musim kompetisi liga 2022-2023.

Pasalnya, menurut catatan kepolisian, sikap suporter Inggris di Qatar berbanding terbalik di dalam negeri.

Sebanyak 531 kericuhan terjadi di Inggris sejak laga pertama hingga Three Lions ditekuk Perancis 1-2 di perempat final Piala Dunia 2022. Semua kericuhan di Inggris itu terkait pertandingan sepak bola.

Dari ratusan kericuhan itu, sebagian besar diamankan dari tempat berlisensi yang menayangkan siaran langsung pertandingan Piala Dunia 2022 sekaligus memperjualbelikan minuman beralkohol.

Meski demikian, ada hal positif yang terkuak dari kejadian tersebut. Angka penangkapan suporter di Inggris terkait sepak bola, selama kurun waktu digelarnya Piala Dunia Qatar 2022, merosot dibandingkan piala dunia empat tahun lalu.

Sepanjang Piala Dunia Rusia 2018 berlangsung, sebanyak 225 orang terkait sepak bola ditangkap kepolisian di Inggris. Sedangkan pada Piala Dunia Qatar 2022, hanya 115 suporter yang diamankan kepolisian Inggris.