Penyusup Lapangan yang Bawa Bendera LGBT saat Laga Portugal-Uruguay Sudah Dibebaskan
Penyusup lapangan dalam laga Portugal Vs Uruguay (Twitter @fabrizioromano)

Bagikan:

JAKARTA - Pria Italia yang menyusup dan berlari ke lapangan saat pertandingan Piala Dunia di Qatar sambil membawa bendera pelangi (LGBT) dibebaskan setelah menjalani penahanan singkat, kata kementerian luar negeri Italia, Selasa.

Pria yang diidentifikasi sebagai Mario Ferri itu juga mengenakan kaus berlogo Superman dengan tulisan "Hormati Wanita Iran" di bagian belakang dan "Selamatkan Ukraina" di bagian depan.

Ferri berada di lapangan selama sekitar 30 detik saat paruh kedua pertandingan antara Portugal dan Uruguay sebelum dijegal dan dikawal keluar oleh petugas keamanan.

"Kementerian luar negeri, bersama dengan kedutaan Italia di Doha, mengikuti kasus tersebut setelah insiden invasi lapangan," kata kementerian luar negeri Italia dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke AFP, dikutip Antara, Selasa.

"Setelah penahanan singkat, dia (Ferri) dibebaskan oleh pihak berwenang tanpa konsekuensi lebih lanjut," kata kementerian tersebut, tanpa merinci di mana dia ditahan atau oleh siapa.

Kapten dari tujuh tim Eropa telah merencanakan untuk mengenakan ban lengan anti-diskriminasi bertema pelangi selama turnamen sebagai bagian dari kampanye keragaman.

Namun mereka membatalkan rencananya karena ancaman tindakan disipliner dari badan sepak bola FIFA, termasuk sanksi kartu kuning.

Ferri pernah melakukan protes serupa sebelumnya, termasuk di Piala Dunia 2014 di Brasil, di mana ia mengangkat isu anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.

Di akun Instagramnya, Ferri memposting gambar dari dalam Stadion Lusail di Doha, tempat Portugal menang 2-0 atas Uruguay pada Senin.

Kejadian itu hanya sebentar ditayangkan di televisi.

"Kami tahu apa yang terjadi seputar Piala Dunia ini... Ini hal yang normal terjadi," kata pemain Portugal Ruben Neves seusai pertandingan.

"Tentu saja, kami semua bersama mereka juga. Dengan Iran juga, dengan para wanita Iran. Jadi saya harap itu tidak terjadi, apa pun juga pada anak laki-laki itu, karena kami memahami pesannya, dan saya pikir seluruh dunia memahaminya juga."