Upaya Mendamaikan Bonek dan Aremania Tak Akan Semudah Membalikkan Telapak Tangan
Ilustrasi suporter. (Foto via Antara/Ari Bowo Sucipto))

Bagikan:

JAKARTA — Pentolan Bonek Hamin Prastian atau yang dikenal Hamin Gimbal menilai upaya mendamaikan suporter Persebaya dan Arema FC tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Menurutnya, rivalitas sudah mengakar karena terjadi sejak lama. Untuk itu, perlu usaha yang luar biasa.

"Kalau dari saya pribadi, saya pikir tidak akan bisa. Pasti nanti ada bola, ribut lagi. Kita buktikan di lapangan," ujar Hamin ketika dihubungi VOI.

"Dengan kejadian ini terus kita didamaikan, tidak mudah. Apalagi Bonek dan Aremania sudah mengakar jadi agak susah," lanjutnya.

Upaya mendamaikan Bonek (suporter Persebaya) dengan Aremania (suporter Arema) mulai dilakukan menyusul tragedi Kanjuruhan awal bulan ini. Tragedi itu telah menelan 132 korban jiwa.

Upaya yang dilakukan di antaranya komunikasi perwakilan pemegang saham Persebaya Azrul Ananda dengan Presiden Arema Gilang Widya Permana. Selain itu, dialog juga mulai dibangun antar sesama suporter.

Tokoh Aremania Anto Baret, misalnya, pernah mengklaim sudah menghubungi pentolan Bonek Mania, Andie Peci, terkait upaya damai itu. 

Hamin mengatakan, perdamaian kedua suporter tentu akan mengurangi aura rivalitas dalam sepak bola. Menurutnya, rivalitas tetap memiliki sisi positif jika diarahkan dengan baik.

"Rivalitas ini ada sisi positif dan negatif. Positifnya main di Malang pasti akan membludak, di Surabaya pasti akan membludak juga," tuturnya.

"Bisa menguntungkan pedagang. Kalau tidak ada rival, permusuhan begitu, ya pasti tawar-tawar saja. Tidak seninya," kata dia.

Hamin melanjutkan, untuk mencegah agar tidak korban jiwa di laga yang kental dengan rivalitas, sebaiknya pihak penyelenggara kompetisi memperketat sisi keamanan dan memperbaiki tata kelola.

"Jadi rivalitas di sini adalah persaingan sehat. Kalau sudah damai, aura rivalitas hilang. Semua suporter di Indonesia itu punya rival. Misalnya, Persija dan Persib, Persisam dan Persiba Balikpapan, Jogja dan Solo," ia menambahkan.

Tragedi Kanjuruhan dianggap sebagai salah satu tragedi paling pilu di sejarah sepak bola internasional. Kejadian ini membuat PSSI dan jajaran mendapat desakan masif untuk mundur dari jabatan sebagai bentuk pertanggung jawaban.

Banyaknya korban jiwa yang jatuh membuat kompetisi liga di nasional pun masih ditunda sampai saat ini. Rencananya liga akan bergulir lagi antara 25 dan 26 November nanti usai transformasi sepak bola dilakukan.