JAKARTA - Pertarungan gelar kelas berat WBC yang ditunggu-tunggu antara Tyson Fury dan Dillian Whyte akan digelar pada Sabtu 23 April. Bagi Whyte, perjalanan menuju pertarungan ini sangat panjang dan sulit.
Petinju Inggris Whyte (34) pertama kali dinyatakan sebagai penantang nomor satu WBC untuk gelar pada tahun 2017. Lebih dari 1000 hari kemudian, dia dalam waktu kurang dari dua minggu akhirnya akan mendapatkan kesempatan atas apa yang telah dia cari dalam waktu yang lama.
Pada saat itu, pada tahun 2017, petarung Amerika Deontay Wilder memegang sabuk, tetapi tidak satu pun dari 10 pertahanan gelarnya yang datang melawan Whyte.
Pada 2020, Fury akhirnya mengambil mahkota itu, melanjutkan untuk mempertahankannya melawan Wilder.
Whyte akhirnya mendapatkan status penantang wajib ketika ia mengalahkan Oscar Rivas pada 2019. Tetapi, kemenangan itu terperosok dalam kontroversi narkoba yang membuat Whyte hampir berhenti dari olahraga.
Investigasi terhadap tes positifnya - di mana status penantang wajibnya ditangguhkan - pada akhirnya membersihkan nama Whyte. Tetapi, lima bulan kariernya telah terbuang sia-sia dan peluang berlalu begitu saja.
"Bagi mereka yang percaya pada saya, saya tidak akan melupakan Anda. Bagi mereka yang tidak, saya tidak akan memaafkan Anda dan saya tahu siapa Anda," kicau Whyte saat itu dikutip dari Marca, Rabu, 13 April.
BACA JUGA:
Petinju kelahiran Jamaika ini mengakui bahwa cobaan itu hampir benar-benar membuatnya menjauh dari tinju. Namun, dia tidak melakukannya, dan akan segera menjalani pertarungan perebutan gelar yang dia rasa telah menjadi utangnya untuk waktu yang lama.
Ketika dia masuk ring melawan Fury, Whyte tidak akan kekurangan motivasi. Pasalnya, setiap kemunduran di sepanjang jalan hingga tanggal itu akan memacunya.
Whyte memiliki alasan untuk membuktikan. Tidak hanya kepada mereka yang meragukannya, tetapi juga kepada semua orang karena pertarungan ini telah berlangsung bertahun-tahun dan sekarang terserah dia untuk menunjukkan alasannya kepada penggemar.