JAKARTA - Komite Disiplin (Komdis) PSSI telah memutuskan hasil sidang mengenai dugaan match fixing (pengaturan skor) yang melibatkan klub Liga 2, Perserang Serang.
Salah satu hasil yang ditemukan Komdis PSSI setelah melakukan penyidikan adalah fakta tentang eks pelatih Perserang, Putut Wijanarko. Putut yang sebelumnya diduga terlibat, ternyata sama sekali tidak turut dalam percobaan match fixing.
"Setelah kami teliti, Putut (Wijanarko) tidak terlibat dalam praktik pengaturan skor. Dia tidak pernah dihubungi dan tidak pernah diajak. Namun, dia memang diberi tahu,” ujar Ketua Komdis PSSI, Erwin Tobing, dalam sesi konferensi pers virtual yang dihadiri VOI, Rabu 3 November.
Erwin Tobing mengatakan Putut terbebas dari laporan manajemen soal dugaan keterlibatan pemain dan pelatih. Hal ini karena dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa Putut sudah mengetahui sejumlah pemain terlibat dalam upaya match fixing.
Putut lantas memutuskan untuk tidak menurunkan lima pemain yang bersangkutan ketika Perserang berjumpa Badak Lampung FC.
“Karena mau sudah menjelang pertandingan, dia (Putut Wijanarko) tidak memainkan kelima orang pemain inii saat menghadapi Badak Lampung demi keutuhan tim,” kata Erwin Tobing.
“Sebab dia mendengar, mendapat informasi, dan mendapat laporan dari pemainnya bahwa ada upaya memengaruhi beberapa pemain,” tambah Ketua Komdis.
BACA JUGA:
Kelima pemain yang dimaksud ialah Eka Dwi Susanto, Fandy Edy, Ivan Julyandhy, Ade Ivan dan Aray Suhendri. Kelima nama itu sebelumnya juga telah didepak klub bersamaan dengan sang pelatih karena diduga melakukan praktik kecurangan.
Tapi setelah melalui penyidikan, diketahui juga bahwa pemecatan Putut dari klub ternyata tak berkaitan dengan match fixing. Perserang Serang memutus kerja sama dengan Putut lantaran adanya konflik internal dalam manajemen.
“Lalu soal alasan dia diberhentikan dari jabatannya sebagai pelatih kepala, menurut penilaian kami itu hanya permasalahan manajemen saja,” katanya.
“Kami melihat tidak ada hubungannya dengan pengaturan skor. Itu hanya soal hubungan yang kurang harmonis antara pelatih dengan manajer,” tandas Erwin Tobing.