JAKARTA - Solois pendatang baru dari kota Malang, Mas’aril Muhtadin - yang dikenal dengan nama panggung Mati Di Saturnus - melepas album debut bertajuk Balada Orang-Orang Piknik. Album ini menyajikan permainan gitar akustik dan karakter vokal khas dari seorang Aril - sapaannya.
Berawal dari keisengan untuk membunuh rasa bosan di sela aktivitas sehari-hari dengan bermain gitar, Aril berproses hingga beberapa lagu berhasil ia tulis.
“Semua mengalir begitu saja,” tutur Aril mengenai lahirnya Mati Di Saturnus.
“Mungkin ini karena memang hasrat pribadiku yang selalu ingin membuat proyek musik tapi sampai sekarang belum menemukan partner yang cocok,” lanjutnya.
BACA JUGA:
Sejatinya, Mati Di Saturnus bukanlah proyek musik pertama Aril. Sebelumnya ia sempat tergabung dalam grup bergenre grindcore bernama Voice Of Throat yang kemudian berganti nama menjadi Drophate.
Bersama band ini Aril dkk sempat melahirkan beberapa lagu tunggal (single) dan terlibat beberapa proyek kompilasi, salah satunya kompilasi tribute untuk band grindcore veteran asal Malang, Extreme Decay. Album ini dirilis melalui Playloud Records.
Sayangnya, kesibukan para personel menjadi alasan utama mengapa band ini berjalan lambat.
Besarnya hasrat untuk tetap bermusik melandasi Aril untuk berani mengambil keputusan melahirkan Mati Di Saturnus. Meski sejak awal ia sadar proyek ini berangkat dengan hanya bermodalkan keberaniaan dan kesederhanaan.
“Waktu awal aku benar-benar bingung karena gak tau perihal produksi rekaman, akhirnya nekat aja datang ke studio Virtuoso dan tanya apa bisa rekaman solo, eh dijawab sama operatornya ‘jangankan solo, kamu ngorok aja bisa’," kenangnya sambil tertawa mengingat kepolosannya.
Sejak itulah nama Mati Di Saturnus lahir. Beberapa lagu berhasil ia rekam dan sempat ia sebar gratis kepada kawan-kawannya dengan memanfaatkan chat broadcast dan internet.
Merasa belum puas, Aril mulai belajar mengenal alat dan perangkat lunak agar bisa merekam lagu sendiri di dalam kamar.
Di penghujung tahun 2019, melalui netlabel Koalisi Nada, Mati Di Saturnus kembali merilis tiga lagu bebas unduh yang ia garap secara mandiri di kamarnya. Puncaknya, lahirlah sebuah album bertajuk Balada Orang-Orang Piknik yang baru dirilis di beberapa platform musik digital.
Balada Orang-Orang Pinik menjadi media Aril bersama Mati Di Saturnus untuk menyuarakan kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutannya terhadap kondisi sekitar yang ia rasakan dan lihat.
“Intinya, melalui album ini aku mengajak pendengar karyaku untuk berempati bukan membenci sesama karena perbedaan,” harap Aril yang mengaku sedikit banyak terpengaruh oleh musisi macam Andy Shauf, Bob Dylan, Franky Shahilatua, Iwan Fals, Jason Ranti, hingga Silampukau.
Ke depannya, setelah masa pandemi berakhir, Mati Di Saturnus berencana untuk memproduksi album Balada Orang-Orang Piknik dalam wujud fisik. Termasuk rencana membuat acara pesta rilis kecil-kecilan.