Bagikan:

JAKARTA - Grup Band Mily yang digawangi oleh Chia (vokal), Joshua (vocal dan saxophone) dan Idea Pasha (gitaris) hadir menyemarakan industri musik Tanah Air. Mily sendiri baru terbentuk pada akhir 2020. Sedangkan lagu Jangan Buru-Buru dirilis pada 30 Januari 2021. 

Band Mily punya sejarah yang unik karena terbentuk saat  pandemi Covid-19. Saat semua kegiatan serba terbatas di masa pandemi, Mily ingin menghadirkan semangat baru dengan genre musik sweet pop yang mereka tawarkan. 

"Kami baru rilis single Jangan Buru Buru. Lagu ini tentang cinta, cinta yang menceritakan cinta cowok dan cewek. Pasangan yang ceweknya punya perasaan pada cowoknya, tapi cowoknya terlalu lama memberi jawaban. Lalu ceweknya dengan cepat mengambil keputusan bahwa cowoknya nggak suka dia," ujar Chia saat berbindang dengan VOI, di Gondangdia, Jakarta Pusat, 29 Maret. 

"Jadi lagu ini memberikan pesan untuk jangan buru-buru mengambil sikap atau tindakan. Yang nyiptain Cia, waktu itu lagi ngumpul-ngumpul. Sebenarnya Cia cerita tentang kehidupan pribadinya, cuma dia nggak mau ngaku. Akhirnya dibikinin lagu aja. Akhirnya jadi Cinta Jangan Buru-Buru," ujar Idea Pasha.

Band Mily (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Tak cuma lewat lagu yang memberikan nuansa ceria lewat lirik dan musik, Mily ingin menegaskan semangat berbagi keceriaan yang mereka bawa lewat penampilan mereka.  Di setiap penampilan, Chia selalu mempersiapkan kostum yang konsepnya colorfull dan remaja banget.

"Memang konsepnya Mily ini pengin sesuatu yang berbeda, yang ceria, penuh warna. Jadi kalau ada yang dengerin lagu-lagu Mily bisa bawa suasana ceria. Kalau ada yang lihat penampilan penuh warna akan teringat Mily. Kami pengin Mily punya identitas sendiri," ujar Idea. 

Joshua merasa cukup berat awalnya mempersiapkan penampilan yang berbeda setiap harinya. Untungnya, sebagai model profesional, Chia memiliki pengalaman mumpuni di bidang fashion. 

"Ini tantangan untuk setiap momen apa kita cari kostum yang senada, sewarna. Soal baju yang paling cerewet ini Chia. Kita sebagai laki-laki ngikut saja," kata Joshua.

Band Mily (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Unsur lain yang membuat Mily berbeda adalah adanya saxophone sebagai salah satu unsur musik di Mily. Joshua merasa beruntung karena bisa bergabung dengan saxophone yang ditiupnya. 

"Jadi sebenarnya saya yang terakhir gabung. Ketemunya di media sosial, instagram. Kenapa ada saxophone karena pengin ada nuansa baru yang sweet jadi identik dengan instrumen tiup. Kebetulan saya bisa main alat musik tiup," katanya.

Chia dan Idea sudah membayangkan pemain saxophone ketika berniat membentuk band Mily. Mereka mencari pemain yang tepat hingga bertemu dengan Joshua.

"Di Mily emang pengin sesuatu yang sweet kenapa nggak nambah pemain saxophone, terus kita cari-cari dan akhirnya ketemu kak Jo Kres ini," papar Chia.

Menyatukan tiga kepala dalam satu band Mily tentu butuh proses penyesuaian. Cinta pada musik yang menyatukan mereka. "Kita smeua ini punya latar belakang musik yang berbeda. Penyesuaian itu diawali dari musik itu bahasa universal. Dari latar belakang yang berbeda lalu lahir karya baru lewat band mily," kata Idea.

Pandemi COVID-19 bisa jadi berkah buat Mily. Memiliki cukup waktu bersama saat pandemi, Joshua, Idea, dan Chia memaksimalkan potensi membuar karya. 

"Justru karena pandemi itu kita berkumpul. Dari pandemi ini kita lumayan banyak berhambat untuk keluar, tapi kita percaya semua akan indah pada waktunya," papar Joshua. 

Chia sepakat tentang hal itu. "Jadi sebenarnya pandemi bukan halangan buat kita berkarya. Karena dimanapun kita apapun kondisinya ya kita bisa bekarya, akhirnya jadi Mily begini," kenangnya.

"Perjuanagn kita itu jarak, karena lokasi kita masing-masing berbeda. Buat ketemunya itu susah, cuma kita tetap komunikasi dan nyari kecocokan jadwal," tambah Chia. 

Caption

Tak mau berhenti berkarya, Mily sudah mempersiapkan lagu baru. "Kita lagi persiapkan lagu kedua, ketiga. Kalau bisa buat album," harap Chia optimistis.

Sebagai band baru, Mily tentu punya tantangan tersendiri. Mereka butuh tampil beda supaya lebih cepat dikenal. 

"Kalau dibilang genre khusus, kita sweet pop. Nggak menutup kemungkinan ke depan kita ada musik yang baru karena kita open banget sih. Untuk lagu pertama ini misalnya kita sweet pop, tapi backsound nya kita pakai musik elektronik. Jadi dari single pertama kita punya beberapa genre dan musikalitas yang berbeda," ungkap Idea.

Band Mily (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, begitulah keyakinan tiga personil band Mily. Mereka yakin Mily akan tumbuh besar dan panjang umur. 

"Kalau dibilang yakin harus yakin, karena Mily memiliki sesuatu yang berbeda. Dari penampilan kita aja belum ada yang colourfull kaya kita. Genre-nya pop sweet berbeda, kita juga kerja keras, perjuangan kita juga dari mulai latihan, bangun chemistry," kata Joshua. 

"Dan kita pas pandemi itu kita percaya baru buang waktu untuk membangun kepercayaan. Istilahnya saat pandemi belum ada event besar, kita sering ketemu, ngobrol, kita percaya sesuatu yang kita perjuangkan akan ada hasilnya dengan baik," imbuh Chia.

Bahkan, keyakinan Idea akan masa depan Mily pun ditebus dengan mengorbankan pekerjaan tetapnya. "Kemarin sempat kerja di salah satu label, saya utarakan pengin berkarya lagi. Kalau sambil kerja jadi nggak leluasa. Jadi saya yang memutuskan untuk keluar dari pekerjaan biar bisa lelusa. Lebih enak ngatur waktunya," kata Idea. 

Band Mily (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Tentu saja mereka berharap Mily bisa menjadi wadah berkarya yang panjang umur. "Kita pengin Mily panjang umur, pengin semua orang bahagia dan senang kalau dengan lagu Mily. Kita pengin bekarya untuk menyenangkan hati banyak orang," jelasnya.

"Pengin lagunya sampai ke pendengar musik. Pengin sama Agnes Mo dia idola banget, multi talent," harap Chia.

"Kalau saya pengin duet sama Armand Maulana dan Kaka Slank. Karakter suara mereka tak pernah berubah. Semakin tua semakin matang," ungkap Joshua. Idea berharap Mily tetap berkarya terus, bisa mewarnai musik Indonesia. "Semoga diterima masyarakat dan bisa ikut merasakan apa yang kita rasakan dari lagu-lagu kita. Pengin sama Michlae buble, orang-orang yang punya power di musik. Nggak papa ya punya harapan yang gede," tutupnya.