JAKARTA - Penyanyi jebolan Holiwings Akademi, Glen Clivto kembali menelorkan lagu. Kali ini berjudul Ego. Ini adalah karya kedua setelah lagu berjudul Klise yang diproduseri Anji rilis Juli 2020 lalu. Memiliki dua lagu di jalur industri, Glen semakin yakin musik adalah jalan hidupnya.
Baik Ego maupun Klise adalah lagu yang diciptakan sendiri oleh Glen. Sempat merasa putus ada dan kecewa, Glen menenukan jalan masuk ke industri musik tanah air lewat Holiwings Akademi yang kini berubah menjadi Holiwings Records.
Lucunya, pertemuannya dengan Anji seperti mimpi yang terbeli. Glen tak menyangka akan menjadi salah satu anak asuh Anji, setelah sebelumnya mencoba untuk meminta Anji menilai lagu miliknya namun tak berhasil mendapat jawaban sesuai keinginannya.
"Dulu tahun 2013-2014-an gitu pernah DM lewat twitter. Cuma karena nggak kenal waktu itu cuma dibalas DM saja Anji. Sorry ya, ditolak lah istilahnya secara halus," ujar Glen ketika berbincang santai ekslusif dengan Redaksi VOI, Senin, 8 Maret.
Ketika bertemu Anji sebagai Kepala Sekolah Holiwings Akademi, Glen merasa bahagia, bangga, sekaligus lucu. Karena ketika dia mengejar Anji, Tuhan belum memberikan jalan. Namun, secara tiba-tiba, Anji menjadi 'pengasuhnya' di Holiwings Record untuk meliris single Klise.
"Beberapa tahun kemudian ketemu sebagai produser itu lucu juga sebenarnya. kaya ini beneran? Tiba-tiba jadi begini. Karena proses audisinya ini lumayan cepat lah. Waktu itu iku audisi, dua bulan kemudian lolos, terus diproduseri Anji. Klise itu judulnya, awal banget ngeluarin lagu," katanya.
Glen dan Anji pernah memperbincangkan takdir tersebut dalam sebuah vlog bersama Anji. "Sempat cerita lucu dan ada di Vlog Bang Anji. Dia cerita banyak yang kasih lagu, dia nggak ingat Glen. Tapi kan saya ingat dan ceritain. Pas ketemu langung ya lucu aja, ketawa-ketawa," kenangnya.
Terbawa arus, Glen akhirnya yakin musik adalah jalan hidupnya. "Selain musik, saya nggak punya keyakinan akan hidup dengan cara apa lagi. Lingkungannya itu selalu didekatkan dengan musik. Sebagaiamanapun saya mau coba keluar dari musik, ujung-ujungnya kok di musik terus," kata Glen.
Pertarungannya dengan takdir dimulai ketika lulus SMA. Saat itu Glen tak bisa meneruskan kuliah seperti tema-teman lainnya.
"Lulus SMA saya ngeband, terus tiba-tiba bubar. Saya jadi bisa bikin lagu terus saya dengerin ke orang-orang ternyata pada suka, ya mungkin ini jalannya. Memang sampai saat ini saya masih berproses dan berjuang. Tapi saya yakin jalan saya di sini," kenangnya.
Bukan jalan yang mudah untuk memantapkan hatinya. "Dulu tuh awal-awal banget pernah nge-bass di SMA, setelah lulus SMA itu serius banget di musik. Bikin lagu sendiri, bikin musik sendiri, terus saya ke Semarang, karena nggak ada modal, saya nginep di sana. Ancur-ancuran, nggak ada duit buat makan dan kos, ngandelin teman saja saat itu. Jadi tiga lagu saya tawarin ke label, ditolak semua," kisah lelaki 25 tahun ini.
Jalan Tuhan membuatnya yakin kembali musik adalah panggilan jiwanya. "Sampai akhirnya ketemu Hollywing Academy yang bikin audisi untuk nyari talent buat outlet-outlet di daerah dan mau dirilisin buat karya. Saya ikut di situ. Pas itu, nggak ada yang bawain lagu sendiri cuma saya yang bawain lagu Klise dan Ego yang saya ciptain sendiri. Waktu itu langsung dapat golden ticket itu kayak pencapaian yang nggak pernah saya dapat sebelumnya. Kalau mau dibilang saya masih berproses dan berjuang, cuma seenggaknya saya sudah berada di track yang benar sekarang," paparnya.
Holywings Academy adalah sebuah akademi bagi talenta baru mengasah kemampuan bermusik yang mulai berjalan sejak akhir 2019. Pandemi Covid-19 membuat Holywings Academy berubah haluan menjadi label Holywings Record per 19 Juni 2020.
BACA JUGA:
Glen seperti mendapat berkah dari perubahan tersebut. Dua lagu yang diciptakannya sendiri kini sudah dirilis secara profesional. Ketika galau dengan langkahnya berkarir di musik, Glen akan mengingat perjalanan hidupnya tersebut.
"Sering mempertanyakan bener nggak bisa hidup dari musik? Sampai saat ini pun masih sering," akunya.
"Yang menguatkan kan pas pulang manggung, saya sempatkan me time jam 12 malam megang gitar saya nyiptain lagu sendiri. Ini yang menguatkan saya untuk bisa berjuang di jalur musik. Karena cita-cita saya sebenarnya untuk bawaain lagu sendiri di atas pangung besar, mudah-mudahan yang saya perjuangkan saat ini ada hasilnya entar," harap Glen Clivto.
Musik, bagi Glen, bukan sekedar karya. Buatnya, musik adalah teman terbaiknya. Merasa sulit bercerita kepada orang lain, pria plontos ini menggunakan lagu sebagai jembatan untuk menyampaikan isi hatinya.
"Saya ini nggak punya teman cerita. Saya susah dekat dan cerita ke orang lain, jarang percayalah. Cuma lewat musik saya bisa lewatin semua emosi saya, semua cerita saya," jelasnya.
Semua hal yang ada dalam hatinya diutarakan lewat lagu. "Hal yang tidak bisa saya dapat di orang lain itu bisa saya dapatkan di musik, dan itulah yang membuat saya suka terus dengan musik. Cinta banget di dunia ini sebenarnya," jelasnya.
Belajar secara otodidak, Glen 'memanfaatkan' luka dan sakit hatinya sebagai pencetus ide ketika menulis lagu. Emosinya bisa tertuang di lagu-lagunya.
"Dari awal itu pernah bikin lagu cuma nggak pernah tahu metodenya. Pas SMA ada pengalaman lagi ancur-ancurnya, masalah keluarga, masalah percintaan, itu saya di titik terendah hidup saya, keluarlah lagu," jelasnya.
Yang paling disukai dari Glen ketika menciptakan lagu adalah bisa menuangkan rasa kecewa dan frustasinya menjadi karya. Selalu ada sisi positif bahkan di titik terendah hidupnya.
"Mungkin itu juga yang dirasakan oleh musisi lain, lagu hadir di masa kelam, masa terpuruk. Saya mengalami hal terberat di hidup jadi bisa bikin lagu. Berkah juga sih di balik itu semua sebenarnya," katanya.
Lagu Klise, kata Glen diciptakan ketika dia patah hati saat SMA. "Waktu itu SMA, ada usaha keluarga bangkrut. Terus saya sudah pacara 4 tahun tiba-tiba ditinggalin pacar. Teman-teman sudah pada kuliah, saya masih nyari mau kemana ini. Buat saya pas masih remaja itu berat banget. Ini jadi momen saya bisa berfikir dewasa akhirnya bisa ciptaian lagu untuk cinta dan kehidupan," paparnya.
Bagaimana dengan lagu Ego yang bari saja dirilis? "Ego itu justru muncul setelah itu. Dari SMA saya bikin lagu. Ego ini setelah pacar kedua putus lagi. Saat itu menjalani hubungan kok rasanya toxic banget," katanya.
Ego menggambarkan kegalauan Glen saat memilih untuk mengakhiri hubungan agar lebih sehat mentalnya. "Seiring berjalan waktu dipertahankan saling menyakiti, nggak sehat. Kayaknya harus pisah, karena pisah itu pengobat, jawaban untuk sakit. Nggak baik hubungan yang sudah saling menyakiti dipertahankan itu," paparnya.
Beda dengan lagu sebelumya, lagu Ego menurutnya lebih dewasa. Karena Glen mengambil keputusan dengan dewasa tanpa saling menyakiti.
"Kalau yang ego itu endingnya bahagia, sakitnya karena pas berantem saat masih pacaran. Hari-hari itu ribut nggak produktif. Setelah pisah itu jadi tahu ini yang menghambat ternyata hubungan kita yang dipaksa, setelah bisa jadi free bebas kayak sekarang," kata Glen.
Terus berjalan, Glen menempatkan Nadin Amizah dan Kunto aji sebagai panduan untuk karirnya. Menggagumi Nadin sejak awal dia merilis lagi, Glen berharap bisa duet dengannya suatu saat nanti.
"Suka Nadin Hamizah, nggak tahu kenapa sudah pengin banget duet sama dia. Saya tuh suka banget lagu vlog pop terus muncul sosok dia itu saya langung ngefans banget sama dia. Dari awal dia keluarin lagu," kenangnya.
Glen memendam keinginan untuk duet dengan Nadin dan Kunto Aji. "Lagu-lagu Kunto itu bisa healing untuk semua masalah-masalah saya. Saya nggak pernah ketemu musisi yang punya cinta pada diri sendiri sebesar dia. Dia bisa mengangkat saya dari masalah saya. Menurut saya itu satu pergerakan musik yang bangus banget dari Mas Kunto. Saya mengaggumi Kunto Aji banget," ungkapnya.
Setelah merilis lagu Ego, Glen Clivto makin mantap berkarir di musik Indonesia. Terus menciptakan lagu, Glen berharap bisa mengembangkan kemampuannya.
"Lagu saya sedih terus, saya pernah bikin lagu senang kok jadi cringe banget. Semoga gak berhenti disini ya. Semoga bisa tetap stay di jalannya. yakin dan nggak kalah dengan kaadaan, mimpi akan terwujud," harapnya.
Selain sebagai penyanyi, kemampuannya menciptakan lagu memungkinkan Glen untuk menjadi seorang produser. Namun, Glen mengaku fokus pada penyanyi saat ini.
"Sekarang pengin nyanyi, kalau produser nanti. Sebenarnya niat untuk jadi produser, ada teman-teman yang minta dibikinin lagu. Tapi ego terbesar saat ini itu masih ingin nyanyi," tegasnya.
Lalu apa mimpi besar Glen Clivto sebagai penyanyi?" Harapannya pengin didengar banyak orang, bisa tuker energi sama yang mendengarkan lewat lagu saya. Lagu bisa jadi pegobat untuk yang sakit hati. Saya pengin bikin konser sendiri di GBK," pungkasnya.