Eksklusif, Rahasia Erie Suzan Mampu Bertahan dari Generasi Kaset Hingga ke TikTok
Erie Suzan dan Celshi Leticia (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Bagikan:

35 tahun mewarnai blantika musik Indonesia bukanlah perjalanan yang singkat bagi Erie Suzan. Dalam perjalanan karirnya tersebut, Erie sudah mengeluarkan 28 album. Catat, ini 28 album bukan single. Terakhir, Erie merilis album bertajuk Dangdut Klasik Asyik pada 9 Februari lalu.

Pandemi COVID-19 tidak mengurangi kreatifitasnya. Kebutuhan berkarya tetap menjadi yang utama bagi pedangdut serba bisa ini.

"Yang namanya seniman, show berkurang karena lagi masa pandemi. Baru-baru ini aku baru rilis album yang ke-28. Namanya Album Dangdut Klasik Asyik. Sebenarnya aku kalau bikin album macam-macam genrenya. Cuma kali ini lagi pengin balik ke musik dasar aku, dangdut klasik. Buat ngobatin kangennya fans-fans aku, Erie Suzan kembali bercengkok,” kata Erie yang ditemui redaksi VOI secara khusus di kawasan Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 26 Februari.

Memulai karir sebagai penyanyi rock, lantas dikenal sebagai penyanyi dangdut, Erie bersyukur bisa terus berada di panggung musik air. Rasa syukur itu diwujudkan Erie dengan terus berkarya untuk penggemar yang setia menanti karya terbaru darinya.

“Jadi gini aku berkarya dari kelas 2 SMP, tahun 1992 kalau nggak salah. Sejak saat itu dapat kesempatan berkarya pada sebuah label musik. Ya bersyukur banget, karena pada dasarnya aku cinta banget nyanyi, kalau nggak bikin karya baru, nggak bikin album rasanya kayak bunuh diri,” jelasnya.

Pandemi tak menjadi alasan baginya untuk berhenti berkarya. Meskipun awalnya sempat kesulitan menyesuaikan diri, wanita kelahiran 30 Desember 1978 ini tetap yakin untuk merilis album baru.

"Di era pandemi ini, orang rilis single saja masih pikir-pikir, tapi aku merasa sebagai seorang seniman, aku punya tanggung jawab bahwa aku berkarir bukan main-main. Aku punya cukup banyak fans yang loyal yang menantikan karya aku. Ditambah lagi aku punya seorang sahabat yang selalu support aku, Adibal,” katanya.

Erie Suzan (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Bukan cuma mengejar materi, karya album bagi Erie adalah pembuktian cinta kepada penggemar yang selama ini terus mendukungnya. Itu sebabnya, Erie tak merasa berat ketika memproduksi album baru di masa pandemi.

"Kita membuat karya nggak terbatas waktu dan situasi, karena prinsipnya selama kita diberi kesehatan, kemampuan, kemampuan untuk berkreasi kenapa enggak. Aku berkarya itu tulus, selebihnya kalau itu menghasilkan pundi-pundi itu jatuhnya bonus dari Yang Di Atas, itu yang membuat aku tetap konsisten,” terangnya.

Menjadi penyanyi sejak usia lima tahun, Erie Suzan adalah saksi hidup perubahan pola distribusi musik. Dia salah satu penyanyi tak hilang ditelan zaman. Kuncinya, sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

“Buat aku itu hanya perbedaan sistem, awal rekaman masih kaset, terus CD, sekarang ke digital, kita harus mengikuti. Aku itu tidak menjadikan itu sebagai kendala, malah lebih memudahkan nggak kayak dulu di mana kita harus punya album fisiknya untuk mendengarkan,” kata Erie.

Era digital, memudahkan semua proses produksi sampai dengan distribusi lagu. “Kalau sekarang kita tetap beli tapi nggak susah karena medianya sudah banyak. Segala macam platform, media sosial juga ada, asal kitanya harus aktif aja. Jangan sampai gaptek, kalau gaptek tanya gimana caranya. Aku gitu aja, ikuti sesuai sistem di setiap zamannya,” jelasnya.

Erie Suzan (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Permasalahan dan kendala dalam setiap pekerjaan selalu ada. Di industri kreatif, penjiplakan dan pembajakan jadi mudah dilakukan di era digital saat ini. Meskipun sakit, Erie tak mau menjadikan kendala itu sebagai beban.

"Aduh, kalau bicara penjiplakan itu rasanya sakit hati jujur saja. Karena kita bikin lagu, proses bikin recording itu butuh waktu. Bisa pagi sampai malam, sampai pagi lagi, nggak jadi-jadinya. Makanya ketika karya dijiplak itu sakit,” keluhnya.

Menghadapi cobaan yang menghalangi kreatifitas, Erie memilih untuk terus melaju. “Gimana ya, jujur Indonesia masih sulit untuk mengatasi itu. Meskipun secara undang-undang sudah disahkan tapi memang hal-hal seperti itu tidak bisa diatasi orang per orang, harus bersama-sama dan kontinu untuk menangani pelakunya. Karena kalau kita hanya sekedar sidak sesekali, orang pasti ada bandelnya lagi,” katanya.

Daripada berharap pada penegakan undang-undang yang masih lemah, atau berharap pelaku pembajakan jera, Erie berharap seniman tidak ada yang berhenti berkreasi. “Harapannya mudah-mudahan para seniman ini nggak capek ya, nggak capek dalam arti sama-sama menanggulangi hal-hal kayak gitu. Di satu sisi itu kita ngerti itu mata pencaharian mereka. Tapi maksudnya, dibutuhkan kesadaran, jujur walaupun sebenarnya pesimis karena kalau jalan sendirian, kita nggak bisa mengatasi pembajakan sekalipun undang-undangnya ada,” tegasnya.

Erie Suzan (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Jalan kreativitas, menurut Erie akan menemukan jalan kesuksesannya sendiri. Selama terus bekarya, masyarakat akan mengingatnya. Buktinya saat ini banyak lagu dangdut jadi hits di TikTok yang membuat penyanyinya jadi terkenal.

“Mau bilang bukan TikToker, tapi aku ngepoin TikTok terus. Awalnya itu paling cuma sekadar joged-joged niruin siapa gitu yang durasinya nggak begitu lama. Tapi makin ke sini makin menarik sebetulnya. Sebagaimana sosial media lainnya, apapun bentuknya kalau kita bisa menggunakan sosial media tersebut untuk manfaat dari sana,” terangnya.

Penyanyi yang berasal dari Lamongan itu menganggap TikTok sebagai media promosi yang efektif. “Untuk musik sendiri memang sangat friendly ya sama TikTok, jadi sebenarnya lebih memudahkan sehingga orang jadi lebih dengar. Karena lagu dangdut sering dipakai buat backsound kan yang lucu-lucu, buat aku itu membantu ya. Untuk promosi sangat membantu banget. Kayaknya sekarang nggak ada yang nggak main TikTok ya,” jelasnya.

TikTok juga sangat ideal bagi penyanyi dangdut muda yang sebagian besar lahir dari kompetisi dangdut di televisi. Melihat banyak musisi muda yang lahir dari kompetisi dangdut, Erie Suzan merasa senang.

“Kalau aku sebagai seniman aku bersyukur banget, secara spesifik untuk dangdut, banyak anak muda yang semangat berkarya di jalur musik dangdut. Anak-anak sekarang itu luar biasa, secara look aja nih cewek-cewek sekarang penampilannya cakep-cakep gitu. Udah nggak malu lagi untuk nyanyi dangdut. Menurut aku itu keren banget,” katanya.

Erie Suzan (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Erie mengenang masa lalunya dimana dia juga dilahirkan dari kompetisi music rock. Namun, takdir lebih membawanya ke jalur dangdut. Kompetisi musik menurutnya adalah jalan awal saja.

“Aku bersyukur banget, hanya saja dengan banyaknya kompetisi artinya banyak kesempatan bagi anak muda. Lebih terbuka untuk mereka, cuma masalahnya adalah, ketika sudah menjadi bagian dari kompetisi atau ajang apapun jangan berhenti di titik itu,” katanya.

Pengalaman mengajarkan Erie supaya tidak mudah puas. Demikian juga harapan Erie pada penyanyi baru. “Kompetisi itu kalau sudah sukses yang satu, lalu ada kedua, yang kedua sukses, ada yang ketiga, jadi pointnya bukan siapa yang lebih bagus. Tapi siapa yang bisa bertahan terus bekarya. Aku lebih berfikir bagaimana mereka bisa memanfaatkan momen, kesempatan, dan fasilitas yang ada saat kompetisi. Apalagi sekarang kan stasiun Tv juga mensupport bahkan sampai ke media sosialnya. Jadi harus memanfaatkan kesempatan dengan baik,” paparnya

Ada satu hal yang dipegang Erie secara kontinu. “Setelah kompetisi itulah yang harus diperhitungkan, jangan terlena ketika dia di TV. Seorang seniman baik penyanyi maupun artis itu dikenal dari karyanya. Itu yang aku harapan anak-anak muda ini siapapun mereka akan semangat bisa belajar, dan yang paling penting mereka berkarya, tegasnya.

Di era sekarang, tak cuma karya terbaru yang menjadi konsumsi publik. Kehidupan pribadi artis juga menjadi cara mendekatkan penggemar dengan idolanya. Meskipun Erie tidak pernah mengumbar kehidupan pribadinya kepada media, dia bisa maklum saat kehidupan pribadi artis juga jadi konsumsi publik lewat update di media sosial.

“Aku melihatnya itu risiko ya. Seorang public figure. Sebenarnya di luar sana, fans-fans itu dari dulu penasaran dengan kehidupan pribadi idoalnya. Hanya saja jaman dulu tidak terekspose karena internet belum semua orang tahu. Sosial media juga belum semua orang memainkan platform itu. Sekarang memang kesempatannya lebih terbuka mau ngomong apa saja,” katanya.

Kemudahan itu, lanjutnya, harus disertai dengan tanggung jawab dan kesadaran bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. “Mau ngomong yang positif, yang negatif semua uneg-uneg dikeluarin saja. Termasuk kepoin bagaimana kehidupan pribadi. Sebenarnya kita sah-sah saja ya dan kita nggak bisa bendung itu. Makanya kubilang itu sebuah risiko. Hanya saja mungkin dibutuhkan kedewasaan artis bagaimana menyikasi sosial media,” katanya.

“Kita nggak bisa paksain utuk semua orang suka dengan kita, di luar sana mungkin ada yang nggak suka sama kita. Buat aku sejauh mana dia bisa memberikan informasi yang positif. Selebihnya kalau itu nanti jadi hoax dan lain sebagainya, harus diingat jejak digital itu tidak bisa dihapus. Dia bikin statement dengan siapa, bagaimana statement-nya itu kan ada. Ya itu tadi, tidak bisa dibendung, bagaimana bijaksananya kita menyikapi sosial media,” katanya.

Lantas apa yang membuat Erie tak tergoda mengumbar kehidupan pribadinya untuk menaikkan popularitasnya? “Kalau aku pribadi orang yang sangat cuek, selain keluarga, sahabat dekat, tahu aku orangnya nggak seperti itu. Di luar sana orang mikir gimana, bodo amat. Jadi risiko public figure,” jelasnya.

Erie Suzan (Foto: Savic Rabos, Digital Imaging: Ilham Amin)

Daripada sibuk memikirkan gosip, Erie lebih memilih untuk aktif membuat lagu. “Aku juga membantu anak-anak muda yang pengin berkarya di musik. Salah satunya terbaru adalah aku produseri Celshi Leticia, anak 12 tahun aku buatin lagu berjudul Mama,” katanya.

Erie menciptakan lagu berjudul Mama khusus untuk Celshi dengan genre pop. “Gini, kalau aku kan basicnya music rock. Cuma dapat kesempatan untuk rekaman pertama kali kan dangdut. Dari kecil manggung sudah terbiasa nyanyi dengan berbagai genre, Jadi buat aku pop bukan sesuatu yang asing,” terangnya.

Sebagai pencipta lagu sekaligus produser, Erie mamahami karakter suara Celshi yang cocok dengan lagu pop. “Karena anak ini punya karakter suara yang unik, yang anak-anak banget, yang lembut, yang tulus banget,” katanya.

Lagu anak ini adalah sebuah dedikasi untuk anak-anak yang kini kehilangan lagu baru khusus untuk mereka. “Ini bentuk keprihatinan aku akan kurangnya lagu anak-anak, karena kecenderungan anak-anak nyanyi lagu dewasa. Ya ita nggak bisa mengubah itu. Paling tidak berbuat sesuatu, dengan merilis lagu dengan genre popular. Aku punya kemampuan disana, toh lagunya ringan simple, nggak butuh berfikir keras untuk menelaah lagu. Terlebih temanya aku pilih tentang mama, yang related dengan banyak orang. Untuk anak-anak yang care sama mamanya, ini mudah diingat. Celshi ini juga karakter suaranya lembut banget jadi simple saja,” pungkasnya.

Profil Erie Suzan

Nama Lengkap

Erie Suzan

Nama Panggilan

Erie Suzan 

Tempat dan Tanggal Lahir 

Lamongan, 30 Desember 1978 

Agama

Kristen

Profesi 

Penyanyi Dangdut, Pop, R&B