Bagikan:

JAKARTA - Vokalis The Cure, Robert Smith secara konsisten menyuarakan kritiknya terhadap sistem penjualan tiket konser. Kali ini, musisi 65 tahun itu mengecam Ticketmaster dengan penetapan harga dinamis-nya (dynamic pricing).

Smith mengaku terkejut ketika mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari penjualan tiket. Padahal, sebagai musisi, dia tidak menginginkannya.

“Saya berpikir, ‘Kita tidak perlu menghasilkan banyak uang.’ Pertengkaran saya dengan label itu semua tentang bagaimana kita bisa menurunkan harga,” kata Robert Smith saat wawancara dengan The Times, melansir Billboard, Selasa, 15 Oktober.

“Satu-satunya alasan Anda akan mengenakan biaya lebih untuk sebuah pertunjukan adalah jika Anda khawatir bahwa itu adalah terakhir kalinya Anda bisa menjual kaus,” lanjutnya.

Smith tidak setuju dengan pihak yang berusaha menjual tiket dengan harga tinggi. Menururnya, harga tiket yang terjangkau justru membuat orang ingin kembali lagi ke konser.

“Tetapi jika Anda memiliki keyakinan diri bahwa Anda masih akan berada di sini dalam waktu setahun, Anda pasti ingin pertunjukan itu hebat sehingga orang-orang akan kembali. Anda tidak ingin mengenakan biaya semahal yang diizinkan pasar,” tuturnya.

“Jika orang-orang menghemat tiket, mereka membeli bir atau barang dagangan. Ada niat baik, mereka akan kembali lain kali. Itu adalah getaran baik yang terpenuhi dengan sendirinya dan saya tidak mengerti mengapa lebih banyak orang tidak melakukannya.”

Terkait penetapan harga dinamis, Smith dengan jelas menyebutnya sebagai penipuan. Sistem tersebut bisa dihindari jika setiap musisi menolaknya.

“Tetapi sebagian besar artis bersembunyi di balik manajemen. ‘Oh, kami tidak tahu,’ kata mereka. Mereka semua tahu. Jika mereka mengatakan tidak tahu, mereka bodoh sekali atau berbohong. Itu hanya didorong oleh keserakahan,” ujarnya.

Sebagai informasi, tur reuni Oasis di Inggris menjual tiket dengan penetapan harga dinamis. Hal tersebut menjadi keluhan para penggemar, dengan harga tiket yang menjadi lebih mahal.

Lebih dari itu, mahalnya harga tiket dinilai telah merusak citra Oasis sebagai band untuk kelas pekerja di Inggris.