Bagikan:

JAKARTA - Euforia penggemar atas reuni Oasis berubah dengan munculnya hujatan setelah penjualan tiket dilakukan pada Sabtu, 31 Agustus pekan lalu.

Sampai saat ini, penetapan harga dinamis (dynamic pricing) yang diterapkan Ticketmaster sebagai platform penjualan tiket terus dikritik penggemar Oasis. Bahkan pemerintah Inggris sampai turun tangan untuk menanggapi keluhan tersebut.

Menurut laporan BBC, penetapan harga dinamis membuat tiket berdiri standar yang diiklankan seharga 135 poundsterling (Rp2,75 juta) ditambah biaya lain, diberi label ulang dan harganya diubah di Ticketmaster menjadi 355 poundsterling (Rp7,4 juta) ditambah biaya lain

Hal tersebut membuat pemerintah Inggris ikut angkat bicara. Menteri Kebudayaan Lisa Nandy mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri penjualan ulang yang curang dan memastikan tiket dijual dengan harga yang wajar.

"Sangat menyedihkan melihat harga yang sangat tinggi sehingga meniadakan penggemar biasa" kata Nandy, mengutip BBC, Rabu, 4 September.

“Kementerian akan melihat masalah seputar transparansi dan penggunaan penetapan harga yang dinamis, termasuk teknologi seputar sistem antrean yang memberikan insentif untuk itu,” lanjutnya.

Para penggemar juga menyuarakan kekecewaan mereka terhadap sistem penjualan tiket Oasis. Pembeli tiket yang gagal, John menyebut apa yang terjadi telah menjauhkan Oasis dengan basis penggemarnya dari kalangan kelas pekerja.

"Anda tidak dapat menghabiskan seluruh hari Anda secara online untuk mencoba membeli tiket dengan harapan membayar satu harga, dan Anda tiba di depan antrean dan jumlahnya menjadi lebih dari dua kali lipat," kata John.

"Ini keterlaluan,” tandasnya.