Bagikan:

JAKARTA - Sudah tujuh tahun sejak Giring Ganesha meninggalkan Nidji. Baru-baru ini, penyanyi 41 tahun itu memutuskan untuk melanjutkan karier musiknya sebagai solois dengan meluncurkan extended play (EP) dengan tajuk “Serigala”.

Mengingat citranya sebagai vokalis Nidji begitu kuat, Giring mengaku ingin hadir sebagai solois dengan branding yang berbeda.

“Beda dong (dari yang dulu). Dari panggungnya, lagunya, semuanya beda,” kata Giring kepada awak media di Kuningan, Jakarta Selatan baru-baru ini.

Giring sadar betul, lagu yang ia keluarkan sebagai solois menjadi kunci untuk membedakan dirinya saat ini jika dibandingkan ketika menjadi vokalis Nidji.

“Saya percaya mau branding apapun, kuncinya di lagu. Lagunya relate ke orang, orang itu suka dan didengerin terus, pasti insya Allah bisa sukses,” ujar Giring.

“Dan saya mau berbeda lah, total, dari Nidji. adi benar-benar dipikirin konsep panggungnya, dan harus in-line dengan (album) apa yang nanti akan saya rilis di 2025,” lanjutnya.

Sebagai informasi, EP terbaru Giring Ganesha memuat tiga lagu baru, yaitu “Serigala”, “Berani”, dan “Candu”.

Adapun, “Serigala” sebagai trek utama, membahas tema pengkhianatan dari orang terdekat, yang digambarkan sebagai serigala bertopeng manusia. Lagu ini menangkap perasaan terjebak dalam dunia yang penuh kepalsuan, dimana teman menjadi sumber luka yang tak terduga.

Meski mengalami penderitaan, tokoh dalam lagu ini berusaha mempertahankan cintanya sebagai prinsip hidup di tengah kegelapan. “Serigala” adalah refleksi dari bagaimana seseorang menghadapi pengkhianatan dan terus mencoba berdiri teguh dengan prinsip-prinsip cinta di tengah lingkungan yang beracun.

Selanjutnya, “Berani” adalah lagu yang menginspirasi untuk menghadapi perpisahan dan perubahan hidup dengan keberanian. Giring mengajak pendengarnya untuk berani mengakui perbedaan dan menerima kenyataan bahwa tidak semua hubungan bisa bertahan selamanya.

Lagu ini berpesan untuk terus berdansa dan menyala meskipun dalam kesedihan, dan untuk berani terlahir kembali setelah menghadapi duka. “Berani” mengingatkan bahwa kehilangan adalah bagian dari perjalanan, dan bahwa yang hilang selalu bisa tergantikan dengan hal baru yang lebih baik.

Lagu terakhir, “Candu”, Giring mengeksplorasi sisi adiktif dari cinta. Lagu ini menceritakan seseorang yang menemukan pelarian dan penyembuhan dalam cinta kepada kekasihnya. Sosok yang dicintai diibaratkan sebagai candu, yang menjadi pusat kehidupan dan pelipur lara di tengah perihnya kehidupan.

Liriknya dibuat puitis, untuk menangkap ketergantungan emosional dan kebutuhan untuk kembali kepada orang yang dicintai sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan dan penyembuhan. Lagu ini menggambarkan cinta yang dalam dan penuh ketergantungan, dimana kekasih menjadi rumah dan tempat pulang bagi hati yang terluka.