Bagikan:

JAKARTA - Di balik kesuksesan Thirty Seconds To Mars, terdapat momen sulit yang harus dilalui pada masa awal perjalanannya. Jared Leto menjelaskan titik terendah band ketika memiliki utang jutaan dolar.

Sang frontman mengenang masa sulit Thirty Seconds To Mars yang justru muncul ketika album “A Beautiful Lie” (2005) meraih kesuksesan di pasar dan band semakin dikenal.

Meskipun album tersebut terjual tiga juta kopi, perselisihan dengan label rekaman mereka membuat Jared Leto cs menghadapi utang yang sangat besar.

"Kami menjual jutaan kopi, dan kemudian kami tahu bahwa kami tidak hanya tidak akan dibayar sepeser pun, kami juga terlilit utang jutaan dolar," kata Jared Leto saat wawancara dengan Kyle and Jackie O Show baru-baru ini.

Leto menyebut band harus menghadapi gugatan dengan nilai 30 juta dolar atau setara Rp466,3 miliar akibat perselisihan tersebut.

"Kami berselisih. Mereka menuntut kami sebesar 30 juta dolar karena melanggar kontrak dan kemudian kami membuat film tentang hal itu,” ujar Leto.

“Jadi, kami menjalani bagian gila dari hidup kami dan senang berada di sisi yang lain,” sambungnya.

Adapun, film yang dimaksud Leto adalah “Artifact” (2012), yang mengisahkan industri musik masa kini dan mengikuti gugatan pelanggaran kontrak senilai 30 juta dolar antara band dan EMI.

Gugatan diajukan terhadap para musisi pada tahun 2008, ketika mereka gagal merilis album ketiga dari kesepakatan album yang mereka berikan dan berselisih dengan label tersebut mengenai royalti.

Leto pun pernah bicara terbuka tentang kasus tersebut, dan merasa mimpi yang sudah dirancang Thirty Seconds To Mars akan hancur.

Kemudian, Thirty Seconds To Mars menyelesaikan gugatan tersebut dan menandatangani kesepakatan baru dengan Virgin Records.