Bagikan:

JAKARTA - Mohamad Kadri belakangan ini memperkenalkan dirinya dengan nama Kadri ‘Karmila’, diambil dari single terbaru yang berjudul “Karmila”, dirilis pada 1 Juli. Bersama LiLo The Producer (KLa Project), dia menjalani debut sebagai penyanyi solo dengan menampilkan ulang hit dari Farid Hardja di tahun 1977.

Proyek musik ini sempat tercetus lebih dari sepuluh tahun lalu, ketika LiLo merasa karakter vokal Kadri cocok dengan lagu “Karmila”. Namun karena satu dan lain hal, realisasinya baru terjadi tahun ini.

“LiLo ini memang jeli, jadi dia bisa lihat gue cocok nyanyi lagu itu (Karmila). Dulu gue memang sering niruin suaranya (Farid Hardja), walaupun maksudnya bercanda,” kata Kadri saat berkunjung ke kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat baru-baru ini.

Kadri merasa “Karmila” adalah lagu yang tepat untuk karakter suaranya. Oleh karenanya, tidak ada keberatan jika harus menjalani debut sebagai solois dengan menampilkan ulang karya lama.

“Memang kebetulan aja karakter gue bernyanyi dengan lagu Karmila as a song itu pas. Orang kan kadang-kadang bisa aja dikasih lagu, kita mau menyanyikan lagu, bahkan kadang-kadang karya kita sendiri belum tentu pas,” ujar Kadri.

Eksklusif Mohamad Kadri
Eksklusif Mohamad Kadri 'Karmila' (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Raga/VOI)

Lebih dari itu, Kadri yang saat ini sudah berusia 61 tahun melihat karya musik Indonesia yang ia dengar sewaktu muda merupakan karya-karya terbaik dari para musisi paling berbakat di Tanah Air, salah satunya Farid Hardja dengan “Karmila”.

Meski menjadi solois ketika usianya menginjak kepala enam, Kadri sudah bernyanyi sejak masih anak-anak. Di umur 11 tahun, ia bergabung dengan Bina Vokalia yang dipimpin Pranadjaja.

Beranjak remaja di era 1970an, Kadri yang usianya berjarak setahun lebih muda dari Harvey Malaiholo juga ikut dalam ajang Bintang Radio, yang saat itu merupakan wadah untuk menemukan talenta muda penyanyi Indonesia.

Selanjutnya, Kadri mulai bermain untuk band, tampil di berbagai ajang festival, dan kemudian bergabung menjadi vokalis Makara pada periode 1980an, yang masih dipertahankan sampai saat ini.

“Jadi, semua pengalaman saya itu dengan kelompok-kelompok band. Nah, baru memikirkan solo karier di usia 61 tahun,” katanya.

Dapat dikatakan bahwa Kadri tumbuh, besar, dan berasal dari generasi terbaik musik Indonesia. Dia bersaksi bagaimana sosok seperti Harry Moekti, Guruh Soekarno Putra, Chrisye, hingga Addie MS adalah orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk musik.

Eksklusif Mohamad Kadri
Eksklusif Mohamad Kadri 'Karmila' (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Raga/VOI)

Kadri menyaksikan bagaimana Addie MS sudah bekerja untuk musisi besar ketika masih duduk di bangku SMA, dan bagaimana kemampuan Guruh Soekarno Putra menggabungkan musik pentatonis Bali dan musik diatonis Barat.

“Orang Indonesia pada saat itu sangat kreatif, membuat lirik juga indah banget,” kata Kadri.

“Dan musiknya itu benar-benar lebih bervariasi, cara merekamnya pun juga lebih susah. Orang harus masuk ke studio, benar-benar rekaman pada saat itu,” imbuhnya.

Untuk musisi Indonesia saat itu, kata Kadri, sulit untuk masuk ke industri tanpa kemampuan yang memadai. Sebagai contoh seorang drumer harus bermain dengan metronom di studio rekaman.

“Untuk bisa masuk rekaman, itu bisa terjadi kalau musisi memang bisa. Misalnya drumer, lo nggak bisa main metronom ya lu nggak bisa rekaman, karena lu pasti akan keteter. Dibandingkan sekarang, semua itu bisa di-sampling, suara bisa di-sampling dan dibuat nggak fals, sound gitar macam apa juga bisa dipilih. Apalagi sekarang sudah ada AI,” tuturnya.

The Singing Lawyer

Eksklusif Mohamad Kadri
Eksklusif Mohamad Kadri 'Karmila' (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Raga/VOI)

Dedikasi Kadri terhadap musik juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski diakui namanya tidak sebesar musisi-musisi yang disebut di atas, dia sudah bernyanyi selama 50 tahun, disamping pekerjaan profesionalnya sebagai pengacara. Kadri masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1982, dan dikenal sebagai praktisi hukum yang banyak berurusan dengan merger dan akuisisi.

Dengan gaya nyentrik yang diusung saat memperkenalkan lagu “Karmila”, Kadri masih aktif menemui banyak klien dan menjadi advisor untuk beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Baginya, musik bukan sekadar pelarian dari kesibukan sebagai pengacara. Representasinya saat bermusik juga dibawa saat berhadapan dengan klien.

“Sebagai lawyer dan advisor di beberapa BUMN, gue nggak mau dianggap bahwa gue main musik itu cuma hobi. Beda, kalau hobi itu cuman nyanyi-nyanyi aja, dan gue mikirin tuh, misalnya untuk berpenampilan pun juga gue pikirin,” kata Kadri.

“Lo bayangkan kalau misalnya gue berhadapan sama klien gue atau orang-orang di BUMN, yang tiba-tiba nggak expect rambut gue panjang misalnya. Gue pikirin, dari fashion dan segala macam,” lanjutnya.

Justru diakui Kadri bahwa gairahnya terhadap musik yang masih menyala sampai saat ini memberi keuntungan ketika berhadapan dengan klien. Dia dipandang berbeda

“Di kalangan lawyer atau di kalangan business people, mereka senang karena gue bisa nyanyi, jadi gue boleh rambut gondrong. Nggak ada klien-klien internasional yang ketemu gue tiba-tiba bilang ‘Wah ini lawyer dari mana sih? Kok rambutnya gondrong?’ Nggak. Mereka udah tau dan lihat reputasi gue,” ujarnya.

Eksklusif Mohamad Kadri
Eksklusif Mohamad Kadri 'Karmila' (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Raga/VOI)

Kadri melihat seni yang ditekuni sebagai jembatan untuk bertemu dengan banyak orang, begitu juga sebagai pengacara. Dia dihargai di kalangan musisi karena kemampuannya sebagai pengacara, begitu juga sebaliknya.

“Di musik ya terus terang sih memang gue bukan yang nomor satu, tapi gue nggak pernah putus asa. Di usia 61 itu gue masih main musik dan gue apa adanya,” ucap Kadri.

Menjalani karier profesional sebagai pengacara dan tetap menjaga gairah musik secara bersamaan, kata Kadri, merupakan kombinasi yang luar biasa. Dia berkaca dari beberapa temannya yang juga menjalani profesi lain dan tetap bermusik.

“Salah satu yang memberikan inspirasi gue itu Tantowi Yahya. Dia sekolahnya perhotelan tapi dia bisa menjadi MC, dari situ dia bisa menjadi politisi, terus dia juga bisa nyanyi country. Jadi dari situ gue ngeliat Tantowi itu benar-benar smooth banget berkomunikasi sama orang. Nah itu salah satu yang memberikan inspirasi buat gue bahwa dengan musik dan lawyering itu lu dapat network,” tuturnya.

Gairah musik Kadri bukan hanya bernyanyi, dia banyak bersuara dan terlibat dalam banyak pembahasan mengenai ekosistem musik di Indonesia. Dia membentuk grup yang diberi nama lima sekawan bersama Tantowi Yahya, Triawan Munaf, Candra Darusman, dan Yovie Widianto.

“Kita selalu mikirin tentang ekosistem musik Indonesia. Aduh ini pada ribut lagi nih, pada gugat-menggugat, apa sih yang mau digugat gitu loh, larang-larang nyanyi. Itu masalah ketidakpuasan terhadap hak cipta di Indonesia, masalah yang memang mesti dibenahi, tapi pembenahannya nggak bisa secara tidak konstitusional dan bikin aturan sendiri,” ujar Kadri.

“Kan itu nggak kondusif. Saya terserah apapun yang mau dipilih, benerin konstitusinya. Udah dari dulu sistemnya kalau mau bawakan lagu itu harus ke LMKN. Kalau LMKN-nya kurang bagus ya dibenerin, jangan tiba-tiba bikin lagi sendiri. Itu nggak sesuai karena Undang-Undang nggak begitu bilangnya.”

Eksklusif Mohamad Kadri
Eksklusif Mohamad Kadri 'Karmila' (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Raga/VOI)

Kadri menginginkan kesolidan dari mereka yang menaruh perhatian untuk kemajuan ekosistem musik Indonesia. Dia mengakui banyak isu yang harus diselesaikan, baik dari kalangan musisi, manajemen musik, hingga promotor musik.

Apa yang diharapkan Kadri, atas idealnya ekosistem musik memang masih jauh dari kenyataan. Namun apa yang bisa dilihat dari pengalamannya, industri musik tidak bisa berjalan baik berdasarkan pandangan yang sempit.

Dari Kadri, kita bisa belajar bagaimana melihat musik secara serius. Seni yang mungkin dianggap sebagian orang sebelah mata, ternyata bisa terus ditekuni dan bisa berdampak besar.

“Jadi buat gue main musik itu adalah hal yang memang gue selami dan bukan sekadar hobi. Dan gue harus berkompetisi. Di lawyering gue merasa ternyata ada dampaknya dari gue bermusik. Di musik juga ada dampaknya dari gue sebagai lawyer,” pungkas Kadri 'Karmila'.