JAKARTA - Zaman sekarang, rekaman bukan lagi barang langka. Membuat studio rumah sendiri, merilis lagu sendiri, karya monumental pun lahir. Untuk dikenal banyak orang, saat ini juga sudah ada media sosial, yang tidak berbatas ruang dan waktu.
Tapi, tak bisa dimungkiri. Sebelum era media sosial datang, sebelum teknologi mengalami perkembangan seperti sekarang, merilis karya secara global merupakan pertanyaan besar bagi anak band. Satu-satunya jalan, bergerilya dari satu label musik ke label lain.
Jakarta merupakan destinasi utama anak band untuk menancapkan eksistensi. Lalu, belakangan muncul Bandung. Stigma kota besar yang masih dianggap sebagai barometer musik Indonesia kerap menggiurkan bagi mereka yang ingin memperlihatkan diri di luar kandang, secara nasional.
Bagi yang beruntung, akan berlanjut ke sesi penandatanganan kontrak. Sedangkan yang kurang beruntung, kaset demo yang berbungkus amplop cokelat akan berakhir di tempat sampah. Itulah suka duka dari sebuah perjuangan mencari label musik.
Keputusan yang diambil sebuah label musik tidak pernah salah. Selain intuisi dan insting dalam memaknai talent yang akan mereka gaet, kepentingan pasar juga jadi pertimbangan besar. Kalau talent yang mereka ikat tidak memiliki aura kesuksesan, buat apa ditandatangani? Meski tidak semua berjalan mulus.
BACA JUGA:
Namun, label musik tetapkah sebuah magnet. Mereka memiliki peranan dalam pasang surut industri musik. Melansir dari berbagai sumber, berikut kami pilihkan 5 label musik besar di Indonesia, penghasil album-album berkualitas.
1. Rottrevore Records
Berawal dari Rottrevore Magz, sebuah zine extreme metal asal Bandung yang berdiri pada tahun 1999, label musik Rottrevore Records tercipta sebagai wadah bagi para metalhead Tanah Air.
Rilisan dari label ini terbilang ngeri-ngeri. Ada Bloody Gore dengan Stench of Your Perversions (2001), Jasad lewat Witness Of Perfect Torture (2003), Siksakubur - Eye Cry (2003), Total Rusak - Exploding the Cranial (2003).
Lalu Death Vomit - The Prophecy (2006), Eternal Madness - Abad Kegilaan (2007), Deadsquad – Horror Vision (2007) serta Dead Vertical – Infecting the World (2008). Sampai sekarang, Rottrevore Records masih eksis.
2. FFWD Records
Masih berasal dari Bandung. FFWD Records didirikan oleh Achmad Marin Ramdhani, Helvi Sjarifuddin, dan Didit Aditya pada tahun 1999. Label ini merupakan salah satu label independen lokal yang mampu menjual album sebanyak 50 ribu kopi.
Batisan katalog merka meliputi Mocca - My Diary (2000), The S.I.G.I.T - Visible Idea of Perfection (2006), Polyester Embassy - Tragicomedy (2006), Teenage Death Star - Longway To Nowhere (2008), Rock and Roll Mafia - Outbox (2007), dan OST Catatan Akhir Sekolah (2005).
3. Aquarius Musikindo
Label ini menghasilkan album-album dari musisi ternama pada era 80-90 an. Berdiri pada 1969, nama Aquarius Music berubah menjadi Aquarius Musikindo sejak 1988.
Rilisan-rilisan penting yang pernah muncul di bawah naungan Aquarius antara lain Imanez - Anak Pantai (1994), The Flowers - 17th Ke Atas (1996), PAS Band - In (No) Sensation (1995), Simakdialog - Baur (1999), Dewa 19 - Terbaik Terbaik (1995), dan Dewa - Bintang Lima (2000).
Sayangnya, era digital memaksa Aquarius untuk menutup gerainya satu per satu. Pada tahun 2013, akibat kerap merugi puluhan juta setiap builan, salah satu toko penting mereka di kawasan Blok M, dikenal dengan nama Aquarius Mahakam gulung tikar.
4. Aksara Records
Label yang diinisasi David Tarigan dan Hanin Sidhartasatu ini agak beda. Aksara bukan cuma menaungi musik independen di kota Jakarta, melainkan juga memayungi bidang seni lain, yakni film, desain dan juga seni rupa serta busana.
Salah satu rilisan penting label ini adalah album kompilasi JKT: SKRG yang dirilis tahun 2004. Album ini menjadi tonggak sekaligus cetak biru Aksara bagi lahirnya album-album berkualitas berikutnya.
Sebut saja, Sore - Centralismo (2005), White Shoes and the Couples Company - s/t (2007), The Brandals - Brandalisme (2007), Sore - Ports of Lima (2008), The Adams - The Adams (2006), Goodnight Electric - Love and Turbo Action (2004), OST Janji Joni (2005). Sayangnya, label ini bubar pada tahun 2010.
5. Remaco Records
Nama lengkap label ini adalah Republic Manufacturing Company (Remaco), berdiri sekitar tahun 50-an. Pada zaman keemasannya, mereka menjadi rumah bagi band dan musisi yang masyhur saat itu.
Oma Irama, Elvy Sukaesih, Rofiqoh Darto Wahab, Eddy Silitonga, The Mercy’s, Favorites Group, D’Lloyd, Muchsin & Titiek Sandhora, Arie Koesmiran, Benyamin S, Ernie Djohan, Alfian, Enteng Tanamal, Pattie Bersaudara, Bob Tutupoly, Koes Plus, Bimbo, Panbers, dan Ade Manuhutu adalah beberapa di antaranya.
Remaco meredup pada era 80-an dan berganti nama menjadi Musica Studio. Meski demikian, warisan mereka akan selalu abadi.