Tobias Forge dari Ghost Bicara tentang Mimpi Death Metal-nya yang Berantakan
Tobias Forge dari Ghost (Instagram @thebandghost)

Bagikan:

JAKARTA - Sebelum jadi vokalis Ghost sebagai Papa Emeritus, Tobias Forge menggeram di sebuah band death metal bernama Repugnant.

Band ini berdiri antara tahun 1998 dan 2004, dan mengeluarkan satu album berjudul Epitome Of Darkness tahun 2006 (di luar beberapa demo, split, dan EP).

Lalu apa penyebab matinya Repugnant? Realitas. Dalam sebuah wawancara dengan Metal Hammer, Forge mengatakan dia akhirnya menyadari bahwa Repugnant bukanlah yang diinginkan orang meskipun ada secercah harapan sepanjang karier mereka.

“Saya belajar dari pengalaman pahit di akhir tahun 90an bahwa keinginan untuk memainkan death metal yang terinspirasi tahun 80an dengan band saya Repugnant sangat tidak berhubungan dengan apa yang sedang terjadi pada saat itu,” kata Forge.

"Saya patah hati; saya ingin kami bergabung dengan Roadrunner dan mendukung Slayer. Sayangnya hal itu tidak pernah terjadi – atau mungkin untungnya, karena hal itu membuat saya tetap bertahan selama beberapa tahun lagi dan jika hal itu terjadi mungkin saya tidak akan berada di sini hari ini."

"Repugnant hampir meraih kesuksesan. Kami menandatangani kontrak dengan label [Belanda] Hammerheart, yang pada saat itu merasa kami berhasil karena hal pertama yang mereka lakukan adalah mengajak kami melakukan tur pertama kami, mendukung band Amerika Macabre."

"Dan pada saat itu rasanya seperti kami akan pergi ke suatu tempat, tapi kami malah berpisah dengan Hammerheart terlalu cepat karena kami tidak mencapai kesepakatan. Ini terasa seperti kami punya peluang kami tapi kami gagal."

Jika Anda belum pernah mendengar album  Epitome Of Darkness, dengarkan dalam tautan YouTube di bawah. Agak mengejutkan bahwa nama Repugnant tidak lagi muncul karena death metal mengalami kebangkitan yang berkelanjutan dan masif akhir-akhir ini.

Meskipun Ghost meraih kesuksesan di seluruh dunia, Forge sebelumnya menyatakan bahwa dia ingin kembali ke death metal suatu saat nanti.

"Saya suka death metal. Saya sering mendengarkannya. Saya masih terobsesi dengan hal itu dari sudut pandang mengoleksinya. Di situlah hati remaja saya berada. Saya tumbuh dengan banyak musik, tapi masa remaja saya sepenuhnya tenggelam dan benar-benar tenggelam dalam kesan death metal."