Bagikan:

JAKARTA - Sejarah eksistensi institusi yang disebut polisi memang sudah ada sejak sebelum Indonesia terbentuk. Sementara Polisi Republik Indonesia (Polri), baru resmi berdiri setelah bangsa Indonesia merebut kemerdekaannya. Bagaimana sejarahnya?

Tiga tahun sebelum Indonesia merdeka polisi ada sebagai alat perlengkapan pemerintah Jepang yang berkuasa di Hindia Belanda saat itu. Pada masa itulah Dai Nippon mendirikan Pasukan Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsu Tai) yang merupakan kesatuan berbobot militer.

Mohammad Jasin, pimpinan Polisi Istimewa pada zaman pendudukan Jepang,  dalam memoarnya yang bertajuk Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia mengakui korps tersebut merupakan satu kekuatan tempur militer.  "Polisi Istimewa tidak lain adalah satu kekuatan tempur militer," tulis Jasin. 

Setahun setelah menduduki Hindia Belanda, militer Jepang mulai giat memobilisasi rakyat agar mau menyediakan tenaga untuk mempertahankan kedudukannya dari ancaman Sekutu. Pihak Jepang pun merekrut pemuda untuk bergabung korps militer mereka antara lain Seinendan, Keibodan, dan Heiho.

Polisi pada masa pendudukan Jepang (Foto: museumpolri.org)

Selain itu masih ada lagi satu organisasi pemuda yang dibentuk militer Jepang dan memiliki anggota terbanyak di samping Heiho, yakni Pembela Tanah Air (PETA). Tapi semua korps itu pada akhirnya percuma. Sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Sehingga akhirnya mereka menyerah pada Sekutu.

Karena kekalahan Jepang itu, Hindia Belanda mengalami kekosongan kekuasaan. Dan singkat cerita, Soekarno-Hatta akhirnya memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. 

Jasin, lewat tulisannya mengaku baru mengetahui berita tentang Proklamasi Kemerdekaan itu sehari kemudian. Ia mendapat kabar tersebut dari bahwannya, agen polisi III, Nainggolan. "Ia juga mengetahui berita itu dari kantor Domei pada 18 Agustus 1945," kata Jasin.

Peran mempertahankan kemerdekaan

Anggota Pasukan Polisi Istimewa yang berkebangsaan Indonesia sempat bersitegang dengan para petinggi korps dari warga Jepang. Pasalnya, mereka berusaha mengibarkan bendera merah putih.

Setelah mendapat dorongan dari laskar pemuda Surabaya yang menamakan diri Delegasi 40.000 Dinoyo untuk mempertahankan agar persenjataan yang dimiliki Polisi Istimewa dipertahankan, mereka pun sepakat. "Permintaan itu saya yakini sebagai suatu panggilan untuk memperjuangkan kemerdekaan bersama pemuda-pemuda pejuang dari Surabaya," tulis Jasin. 

Ia mengaku sempat gamang, ketika Surabaya masih berada dalam kekuasaan Jepang dan sempat akan menunggu instruksi dari pemerintah RI. Namun Jasin punya rencana lain. Dia mencium bau Jepang mulai akan melucuti persenjataan Tokubetsu Keisatsu Tai.

"Oleh karena itu, saya berkata bahwa kami harus segera bertindak dan menanggung risikonya," kata Jasin. Mereka lantas menahan orang-orang Jepang dan pemimpin markas mereka seraya memutuskan sambungan telepon ke luar.

Sampul buku Memoar Muhammad Jasin

"Setelah itu, kami membongkar gudang senjata dan mengeluarkan semua perbekalan perang dan amunisi, termasuk mobil berlapis baja dan truk. Setelah menguasai seluruhnya, kami menjaganya dengan ketat sambil menjalankan tugas pengamanan dan menyiarkan kepada penduduk bahwa Indonesia sudah merdeka, serta pasukan kami mendukung proklamasi kemerdekaan tersebut," kata Jasin. Setelah itu Tokubetsu Keisastu Tai secara resmi bergabung dengan pemerintahan Indonesia.

Pada 19 Agustus 1945, menurut Putri Indah Nur L dan Djumarwan dalam Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah mengatakan kepolisian Indonesia terbentuk di bawah ketetapan Panitia Persiapan Kemerdekaan. Sementara jawatan Kepolisian RI dipimpin Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Soekanto kemudian baru dilantik oleh Presiden Soekarno secara resmi menjadi Kepala Koplisian Negara pada 29 September 1945.

Barulah pada 1 Juli 1946, Polri resmi ditetapkan sesuai dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No.11/S.D. Dengan adanya surat penetapan tersebut, tanggal 1 Juli diperingati sebagai Hari Bhayangkara.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

MEMORI Lainnya